Jakarta –
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyoroti isu mark up atau melebihkan harga gelang haji yang disoroti publik. Erick menyampaikan wacana Bank Syariah Indonesia, yang merupakan BUMN, bisa membantu penyediaan gelang haji tersebut.
“Kementerian BUMN mendorong selama kita bisa membantu para masyarakat kita yang naik haji. Contoh kemarin ada isu mengenai gelang yang berapa saya juga nggak ikutin, cuma baca di media mestinya Rp 1 M jadi Rp 5 M gitu,” kata Erick Thohir di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (13/2/2023).
Erick mencontohkan semisal bantuan gelang haji tersebut diberikan kepada nasabah BSI. “Kalau BSI bisa bantu kenapa tidak, tetapi kan ada B2B (business to business), apa misalnya kalau BSI menyuplai gelang tetapi jadi nasabah BSI. Kan gitu boleh kan, itu kita menolong,” ujar Erick Thohir.
Erick lalu mencontohkan bantuan kepada jamaah haji dalam konteks penerbangan. “Nah, sama juga konteks misalnya kalau kita bicara penerbangan. Penerbangan itu kan sendiri harga avtur itu bisa juga dibantu kompensasi. Misalnya contoh apakah dari porsi SKK Migas, itukan ada kayak pajaknya. Itu kalau memang misalnya dibantu buat yang naik haji, itukan mengurangi harga avturnya,” terang Erick.
Dugaan Mark Up Gelang Haji
Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi Gerindra Abdul Wachid sebelumnya menyoroti soal dugaan mark up terkait biaya haji saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Kementerian Agama (Kemenag). Dia sempat menyinggung perbedaan harga gelang haji yang dipasang oleh Kemenag, dengan yang dijual di pasaran.
Dia awalnya bicara terkait kelemahan Indonesia dalam bernegosiasi. Menurutnya, kelemahan negosiasi ini membuat Indonesia dibodoh-bodohi oleh Arab Saudi.
“Masyair ini perlu, Bapak harus ada negosiasi. Kita lemah di diplomasi, Pak. Terus terang ini, masyair, ini jangan kita dibodohin orang Arab. Saya pada waktu dulu 2022 haji, saya cek, saya suruh tidur mereka itu, ya, Si Sarikah saya suruh tidur. Itu katanya ada perubahan, mana itu hanya kasur lebar 50 cm, panjang 170 cm, saya suruh tidur waktu itu. Harganya 6 kali lipat dari harga yang SAR 1.500, jadi SAR 5.600,” kata Abdul Wachid saat rapat bersama Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Rabu (10/2).
“Mereka (orang Arab) ini di sana ngejar-ngejar keuntungan, boleh, tapi jangan kayak gini dong, SAR 1.500 jadi SAR 5.600. Tingkatkan diplomasi Pak Dirjen, saya kira gitu,” sambungnya.
Abdul Wachid lalu menyinggung terkait adanya dugaan mark up harga gelang haji yang mungkin terjadi. Dia pun sempat memamerkan contoh gelang haji terbuat dari logam yang dibawanya saat rapat.
“Ini saya juga tidak hanya itu, saya nyorotin, Pak, yang kecil Pak Dirjen. Ini namanya gelang haji, ini produk tempat lahir saya. Dulu ini yang buat, Pak, Ketua yayasan saya, Sultan Agung di Jepara dikasih proyek oleh Kemenag pada waktu itu. Sekarang sudah ke mana-mana,” ucapnya.
Abdul Wachid lalu menjelaskan terkait harga. Dia menduga ada terjadi mark up harga lantaran biaya pembuatan gelang haji yang ia tahu hanya Rp 5 ribu, tapi dihargai Rp 30 ribu.
(dwr/aud)