Jakarta –
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bakal menarik alat pendeteksi tsunami INA-Buoy dari lautan. BRIN menyebut baterai alat pendeteksi itu sudah habis.
“Kita terpasang dari 2019, dan memang umurnya, lifetime-nya sudah habis baterai. Ini mau kita tarik semua,” kata Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika BRIN, Budi Prawara di Kantor BRIN, Jakarta, Rabu (22/2/2023).
Budi mengatakan terdapat tujuh alat pendeteksi yang disebar di lautan. Ia menyebutkan kemungkinan penyebab kerusakan alat tersebut.
“Dan memang beberapa ada yang putus kabel penambatnya. Mungkin kesangkut oleh kapal, atau mungkin kena hantaman gelombang, ini sebagai suatu evaluasi buat kita juga,” kata Budi.
Sementara itu, kata dia, pihaknya telah menarik satu dari tujuh INA-Buoy. Yang ditarik, lanjutnya, yang ada di laut dekat anak Gunung Krakatau.
“Memang ini mau kita tarik, kalau yang Krakatau sudah kita tarik, karena memang itu ada kendala posisinya berubah terus,” terangnya.
Lebih lanjut, Budi menyebutkan BRIN belum memastikan mengembalikan alat deteksi tersebut kembali ke laut setelah dilakukan penarikan nantinya. Ia menuturkan, penarikan alat deteksi itu sedang dalam proses penarikan.
“Iya, kita belum ada rencana untuk mengembalikan lagi ya nanti setelah ditarik, (dalam) proses penarikan,” tuturnya.
“Karena untuk penarikan kita bekerja sama dengan kedeputian lain yang memang memiliki fasilitas kapal. Itu ada prosedurnya dan itu harus kita lalui,” tambahnya.
Kendati demikian, Budi mengatakan alat-alat itu belum dalam status beroperasi, melainkan masih dalam tahap penelitian.
Untuk diketahui, alat pendeteksi tsunami milik BRIN, Buoy, merupakan alat warisan era Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang sudah dilebur ke dalam BRIN.
Lokasi buoy pendeteksi tsunami ada di lautan dekat Bengkulu, laut dekat anak Gunung Krakatau, Selat Sunda, laut selatan Pangandaran, selatan Jawa Timur, laut selatan Bali, dan laut selatan Waingapu di Sumba Timur.
(azh/azh)