Jakarta –
Badan Informasi Geospasial (BIG) mengumumkan temuan rupa bumi gunung bawah laut di selatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Kepala Pusat Riset Kebencanaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Adrin Tohari mengatakan harus ada penelitian lebih lanjut soal status gunung bawah laut itu.
“Saya belum dapat informasi itu terkait apakah bisa menghasilkan erupsi bawah laut,” kata Adrin di Kantor BRIN, Jakarta Pusat, Rabu (22/2/2023).
Adrin menjelaskan harus ada penelitian apakah ada aktivitas magma di gunung bawah laut itu. Dia juga bicara soal peristiwa letusan gunung bawah laut di Tonga.
“Tapi kalau misalnya dia aktif dan tiba-tiba meletus, ya bisa menyebabkan tsunami kaya tsunami di Tonga, itu karena erupsi bawah laut,” jelasnya.
“Jadi gunung itu meletus, dia ada yang runtuh yang menyebabkan terjadinya perubahan volume karena ada masa yang mendorong air dari dasar laut. Itulah yang menjadi gelombang tsunami ke daratan,” sambungnya.
Adrin pun mengatakan perlu ada pengecekan terhadap gunung bawah laut di Pacitan. Dia mengatakan hal itu diperlukan untuk menyimpulkan potensi bencana.
“Harus dipastikan aktif atau tidak, baru bisa kita menyimpulkan bisa menimbulkan apa,” ujarnya.
BIG Temukan Gunung Bawah Laut
Badan Informasi Geospasial (BIG) menjelaskan awal mula temuan gunung bawah laut di selatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Gunung bawah laut itu berada di 260 km dari Pacitan.
Kepala Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai BIG Yosef Sigit Purnomo mengatakan temuan tersebut terjadi saat BIG dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan survei Landas Kontinen Indonesia (LKI) di selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara pada September hingga November 2022.
“Kegiatan penemuan unsur gunung bawah laut itu sebenarnya kegiatan yang melibatkan temuan ketika Badan Informasi Geopasial bersama dengan kementerian lembaga lain di bawah koordinasi Kemenko Marves itu melaksanakan survei landas kontinen untuk mendukung kebijakan pemerintah,” kata Sigit dalam jumpa pers di Jakarta Selatan, Kamis (16/2/2023).
Dia mengatakan penelitian itu bukan khusus untuk survei bawah laut. Namun, pada saat survei berlangsung, tim survei menemukan penampakan gunung bawah laut setinggi sekitar 2.200 meter.
“Ini adalah salah satu temuan dari tim survei ketika kami menemukan ada kenampakan topografi yang meninggi. Kemudian berdasarkan dokumen BRIN, topografi seperti ini sudah dapat disebut sebagai gunung,” ujarnya.
Dia menyebut masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait aktif tidaknya gunung itu. Dia mengatakan masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya sumber daya alam di gunung itu.
“Soal itu gunung aktif atau bukan itu kementerian lembaga lain yang menentukan. Soal di dalam ada SDA atau bagaimana juga itu juga kementerian lembaga lain,” ucapnya.
(haf/haf)