Jakarta –
Dengan motor dinasnya, Aipda Burhan kerap berkeliling membawa buku bacaan untuk anak-anak di desa-desa yang ada di Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dia mengajak anak-anak untuk lebih giat membaca.
Selain itu, Kanit Binmas Polsek Loli itu juga dikenal masyarakat sebagai seorang fotografer. Dia bersedia secara cuma-cuma mengajari anak-anak dan remaja yang hendak belajar fofografi.
Masyarakat Loli menganggap apa yang dilakukan Aipda Burhan bermanfaat dan menginspirasi. Hal itu yang membuatnya diusulkan oleh Ama Radjah, salah satu masyarakat Sumba Barat, sebagai kandidat penerima Hoegeng Awards 2023 melalui formulir digital http://dtk.id/hoegengawards2023.
detikcom kemudian menghubungi Radjah untuk menggali lebih dalam sosok Aipda Burhan dan apa saja yang dilakukannya. Dia yang telah mengenal Aipda Burhan sejak lama, mengatakan bahwa sosoknya begitu peduli dengan pendidikan.
“Kalau dari saya pribadi sosok Pak Burhan sangat mendukung sekali anak-anak sekolah. Karena beliau sering sekali membawa buku-buku ter-update gitu. Diberikan kepada anak-anak supaya mereka bisa membaca, mendapat informasi yang terbaru gitu,” kata Radjah kepada detikcom, Kamis (23/2/2023).
Aipda Burhan disebut selalu membawa buku-buku di motor dinasnya untuk ditawarkan kepada anak-anak untuk dibaca. Dia juga kerap datang ke sekolah-sekolah untuk membantu mengajar.
“Jadi kayak ada waktunya beliau juga untuk mengisi ngajar. Kalau untuk perpustakaan keliling, beliau pakai motor dinasnya. Bukunya ditaruh di semacam boks gitu, ada tambahan,” ungkapnya.
Radjah mengatakan bahwa Aipda Burhan kerap turun ke desa-desa, dan menyambangi anak-anak yang sedang berkumpul. Hal itu dilakukan pada sore hari di luar jam sekolah.
“Anak-anak diajarin juga, jadi ada satu dua anak yang bacanya agak lambat, dia kasih tahu,” bebernya.
Wilayah Loli sendiri cukup berjarak dari Ibu Kota Sumba Barat di Waikabubak. Perjalanan ditempuh selama satu jam dengan kendaraan roda empat.
Beberapa akses jalan di desa-desa yang ada di Loli masih rusak. Namun, hal itu tak menyurutkan niat Aipda Burhan untuk menyambangi anak-anak di sana.
“Beliau suka tanya-tanya juga kalau ada tugas, dibantunya diajari,” terangnya.
Perpustakaan Keliling Satu-satunya di Loli
Pengusul lainnya adalah Gregorius Umbu, yang mengenal Aipda Burhan sebagai sosok yang kerap berkeliling membawa buku di boks motor dinasnya. Menurut Umbu, perpustakaan keliling yang digagas Aipda Burhan merupakan satu-satunya yang ada di Kecamatan Loli.
“Memang kesehariannya selain menjalankan tugasnya sebagai polisi di tempatnya bertugas, sering juga keliling bawa buku. Jadi pas ada anak-anak, langsung disamperin untuk diajarin, kemudian dibagi-bagiin buku untuk dibaca. Kebetulan kalau di Loli sini nggak ada lagi, hanya Pak Burhan aja,” ucapnya.
Apida Burhan juga disebut menyempatkan diri untuk mengajar anak-anak di Sekolah Dasar (SD). Dia juga mengatakan Aipda Burhan kerap aktif di berbagai kegiatan sosial.
“Kebetulan beliau kalau di daerah kami sini ya udah banyak yang kenal lah. Beliau juga sering ikut aktivitas-aktivitas sosial dan sering mendukung kegiatan. Kebetulan kami di sini kan ada juga kegiatan English Goes to Kampung yang ada yayasannya sendiri. Dia juga ikut berpartisipasi di situ juga,” imbuhnya.
Umbu mengatakan kegiatan Aipda Burhan itu kerap dibagikan di media sosialnya. Dari situ, beberapa orang ikut menyumbang buku untuk perpustakaan keliling Aipda Burhan.
Aipda Burhan juga dikenal mahir dalam hal fotografi. Umbu menyebut dia juga memiliki usaha jasa foto.
“Yang lihat memang postingan sering upload foto alam tentang Sumba, wedding, karena beliau juga sering terima job foto, punya studio juga di rumahnya,” tuturnya.
Anak-anak Sempat Takut Polisi
Dihubungi terpisah, Aipda Burhan mengatakan telah melakukan kegiatan perpustakaan keliling sejak tahun 2017. Saat pertama kali bertugas menjadi Kanit Binmas Polsek Loli, Aipda Burhan melihat beberapa anak-anak takut dengan sosok polisi. Dia bertanya-tanya mengapa hal demikian terjadi. Hingga terbesit di benaknya untuk membuat program pustaka keliling itu.
“Pikiran saya kok sekarang anak-anak masih ada takut sama polisi, ada apa ini? Apa memang karena kurang pendekatan, akhirnya saya coba buat gerakan pustaka itu,” bebernya.
Dalam membangun kegiatan itu, dia membeli belasan buku bekas. Buku yang dibeli semacam buku dongeng dan majalah anak. Saat itu, dia membeli dengan uang pribadinya dan habis sekitar Rp 200 ribu.
“Akhirnya saya beli semua, itu ada sekitar belasan eksemplar itu. Terus saya mau dekat dengan anak-anak, saya pikir apa yang harus diperbuat biar anak-anak bisa dekat. Jadi saya rasa kalau diajak membaca buku-buku cerita, mungkin anak-anak mau. Karena biasanya kalau di sekolah kan sudah bosan dengan buku pelajaran,” imbuhnya.
Saat pertama Aipda Burhan keliling sekolah, anak-anak tampak ada yang takut. Tak menyerah, dia berusaha agar anak-anak tak takut dengannya melalui cerita-cerita lucu.
“Ternyata anak-anak kalau didekati dengan baik, kasih pemahaman yang bagus, berarti dia juga mengerti tugas polisi tidak tangkap orang. Karena memang kebiasaan orang tua kan kalau anaknya nakal, nanti ditangkap polisi. Saya coba buat kegiatan gitu, sambil berjalan mereka sudah merasa bersahabat,” terangnya.
Aipda Burhan membawa buku bacaannya itu di dalam boks motor dinasnya. Dia kerap membagikan kegiatannya itu di media sosial, hingga mendapat dukungan dari masyarakat berupa donasi buku.
Selain itu, dia juga bergabung dengan kelompok Pustaka Bergerak Indonesia (PBI). Dari situ juga Aipda Burhan kerap mendapatkan donasi buku.
“Setiap kegiatan kan saya muat di Facebook, jadi ‘Pak Burhan saya ada buku anak-anak nih’. Saya pergi jemput, kadang-kadang mereka antar juga,” tuturnya.
Tak hanya berkeliling di sekolah-sekolah, dia juga berkeliling ke desa-desa di Kecamatan Loli. Dia menyambangi anak-anak dan mengajak mereka membaca bersama.
“Kalau di sana pas kegiatan pustaka bergerak itu, paling saya mendongeng sama anak-anak. Memotivasi mereka juga supaya rajin belajar, datang ke sekolah, harus punya cita-cita gitu,” terangnya.
Dia tidak setiap hari berkeliling. Sebab, apabila sedang waktunya bertugas sebagai polisi, dia tetap memprioritaskan tugas utamanya tersebut.
Foto: dok Aipda Burhan
|
Kurang Bahan Bacaan
Dia menyebut bahwa sebenenarnya minat baca anak-anak di Loli tidaklah rendah. Namun menurutnya, bahan bacaan kepada anak-anak tersebutlah yang kurang. Setelah dia memberikan buku ke anak-anak itu, tampak mereka senang membaca.
“Kebanyakan kan orang bilang minat baca anak-anak kurang, banyak orang beranggapan begitu. Tapi setelah saya lihat, sebenarnya bukan minat bacanya yang kurang. Tapi yang dibaca itu yang kurang sebenarnya. Karena setelah saya kasih buku ke anak-anak, mereka senang membaca,” ujar Aipda Burhan.
Aipda Burhan menduga bahwa anak-anak merasa bosan dengan buku pelajaran di sekolah. Karena saat diberikan buku-buku cerita, mereka antusias membaca.
“Mungkin karena selama ini kan kalau di sekolah-sekolah perpustakaan hanya mengisi buku pelajaran. Jadi anak-anak merasa bosan kalau membaca buku pelajaran. Kalau diselingi buku cerita gitu, mungkin anak-anak senang,” ungkapnya.
Aipda Burhan Foto: dok Aipda Burhan
|
Mengajarkan Fotografi
Selain menjadi polisi, Aipda Burhan juga menekuni hobi sebagai fotografer. Dia juga kerap mengajarkan anak-anak dan remaja di Loli tentang bagaimana teknik fotografi dan mengoperasionalkan kamera.
“Kalau di fotografi saya juga sering kasih ya bukan menjadi guru, tapi kasih pemahaman ke anak-anak dan kawan-kawan yang hobi fotografi, terutama bagi pemula, cara menggunakan kamera gimana. Itu banyak yang senang, mereka antusias belajar banyak,” katanya.
Aipda Burhan tidak mematok tarif untuk mengajarkan fotografi. Terkadang dia mengajak anak-anak dan remaja di sana untuk belajar bersama.
“Kadang-kadang saya posting atau bikin status ayo siapa yang mau kumpul di lapangan macam alun-alun gitu nanti bawa kamera. Di sana nanti saya kasih belajar kayak teknik-teknik, terutama kepada kawan-kawan yang baru pegang kamera,” jelasnya. Saya ajarkan juga ke anak-anak di fotografi itu alat kamera mahal, tapi usahakan alat itu juga bisa menghasilkan,” bebernya.
Jasa fotografer itu juga menjadi sampingan bagi Aipda Burhan. Dia kerap menggunakan hasil jasanya sebagai fotografer untuk kegiatan pustaka keliling dan kegiatan sosial lainnya.
“Jadi ada dari hasil itu saya sisihkan juga buat kegiatan-kegiatan sosial,” pungkasnya.
(rdh/bar)