PRAMUKA.ID – Ratusan santri di Pondok Pesantren Islam Terpadu (PPIT) Al-Hidayah di Kampung Sidodadi, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang, diberi pendidikan pramuka agar lebih cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Kegiatan kepramukaan ini bertujuan membentuk karakter nasionalis dan patriot santriwan dan santriwati sekaligus sebagai pembinaan agar mereka memiliki wawasan kebangsaan, rasa nasionalisme tinggi yang bersumber dari Pancasila, UUD 1945 dan NKRI,” kata Datok Penghulu (Kades) Desa Sidodadi, Ratmanto saat dihubungi.
Dijelaskan Ratmanto kegiatan kepramukaan ini ke depan akan menjadi pendidikan ekstra kurikuler di ponpes seperti halnya di sekolah umum lainnya. Pembentukan Gugus depan dilingkungan Pondok Pesantren Islan Terpadu Al-Hidayah tersebut berkolaborasi antara pihak desa dengan Kwarcab Gerakan Pramuka Aceh Tamiang.
“Mungkin kegiatan kepramukaan bagi santri ini merupakan yang perdana dilakukan di pondok pesantren yang ada di Aceh Tamiang,” klaim Ratmanto.
Aktivitas Ponpes/Dayah Al-Hidayah yang pernah terpapar paham organisasi terlarang di Indonesia Jamaah Islamiyah (JI) ini terus dipantau setelah diketahui pimpinan ponpes tersebut terlibat jaringan terorisme.
Diharapkan melalui kegiatan kepramukaan ini bisa menangkal paham radikalisme dan bahaya laten yang menyusup di pesantren-pesantren
“Kegiatan pramuka itu atas prakarsa kami sendiri (Pemerintah Desa Sidodadi) setelah 389 orang santri yang pernah terpapar atau simpatisan JI dibaiat kembali kepangkuan NKRI pada bulan Agustus 2022,” tegasnya.
Diketahui salah seorang pengasuh Ponpes Al Hidayah yang terlibat JI telah menyerahkan diri dan kini mendapat pengawasan dan pembinaan oleh aparat berwenang. Selama ini seluruh kegiatan santri di ponpes itu diawasi langsung oleh unsur Forkopimda plus/instansi vertikal.
Meski tak miliki anggaran khusus di desa, namun kegiatan pembinaan santri seperti pramuka dirasa penting dilaksanakan untuk memupuk mental dan wawasan kebangsaan kepada para santriwan dan santriwati.
“Tujuan utama kita tentang wawasan kebangsaan, itu sangat diperlukan bagi generasi penerus bangsa, agar mereka tidak gampang terpengaruh paham radikalisme yang bisa memecah persatuan bangsa,” ucap Ratmanto.
Lebih lanjut pihaknya berharap Pemda Aceh Tamiang dalam hal ini Kesbangpol Linmas dan Dinas Pendidikan Dayah jangan terkesan lepas tangan dan sebaliknya harus tanggap melakukan pencegahan dini terhadap segala potensi dilingkungan Ponpes.
“Setau saya setelah ratusan santri dibaiat mereka dibiarkan, tanpa pengawasan dan pembinaan,” katanya.
Secara terpisah Wakil Ketua Kwarcab Gerakan Pramuka Aceh Tamiang Bidang Binamuda, kak Edi Suwanto mengatakan, pihaknya berharap dari kegiatan kepramukaan tersebut dapat efektif mengembalikan toksit paradigma radikalisme, menjadi pemupuk wawasan kebangsaan dan cinta pada NKRI.
“Ini momen bagus untuk mengembalikan pemikiran positif terkait menangkal paham radikalisme di lingkungan pesantren di Kabupaten Aceh Tamiang. Semoga santri kita menjadi generasi muda yang berbasis Islam secara kaffah yang sesungguhnya,” ujar Edi Suwanto
***
Pewarta: Apnul Ridansyah, S.Kom, Andalan Cabang Urusan Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega Putra