Jakarta –
Konstelasi Pilpres 2024 memasuki babak baru dalam arena politik. Sejumlah wacana yang muncul mulai menggoyang koalisi partai ada.
Survei Litbang Kompas memunculkan duet pasangan Ganjar-Prabowo, kedua sosok itu mampu menarik dukungan pemilih yang relatif besar. Terlebih dalam setiap acara Presiden Joko Widodo selalu membawa kedua tokoh tersebut.
Terbaru, Presiden Jokowi bersama Menhan Prabowo dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau lokasi panen raya padi di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen. Momen Prabowo dan Ganjar bercanda dan tertawa terekam kamera saat peninjauan lokasi.
“Kebetulan Pak Prabowo mau ke Magelang, saya ajak bareng. ‘Udah, bareng’. Turun di Kulonprogo. Karena pertemuan Pak Prabowonya siang, ‘udah, ke sawah dulu kita panen raya’. Panen raya ada saya, ada Pak Ganjar, ada Pak Prabowo. Sudah,” ujar Jokowi, Selasa (13/3).
Kemesraan Prabowo dan Ganjar membuat Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin Cemburu. Ia katakan, kalau wacana itu jadi, maka koalisi Gerindra-PKB Bubar.
“Ya berarti koalisinya bubar, dong,” kata Cak Imin saat menjawab pertanyaan soal munculnya wacana duet Prabowo-Ganjar di kantor DPP PKB di Senen, Jakarta Pusat, Kamis (16/3)
Sementara itu, tanda-tanda Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) pecah semakin kentara. Partai-partai di KIB mulai bermanuver sendiri-sendiri.
Dimulai dari PAN yang memberi sinyal mendukung Ganjar Pranowo-Erick Thohir. Kemudian, PPP, yang melakukan manuver dengan bertemu dengan elite PBB serta dengan elite PDIP. Golkar sendiri masih berkomitmen mengusung Airlangga Hartarto sebagai calon presiden (capres), meski beberapa kali bertemu dengan parpol lain di luar KIB.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno memberi analisis terkait apa yang melatarbelakangi KIB berpotensi bubar. Dia menduga KIB memang kini berada pada titik jenuh koalisi.
“Semua poros politik potensial bubar. Pemicunya urusan capres dan cawapres. KIB tentu pada tahap tertentu sampai titik jenuh karena tak kunjung ada kemajuan soal pasangan capres dan cawapres,” kata Adi Prayitno, Selasa (7/3).
Retaknya hubungan di antara partai koalisi rupanya juga dirasa Koalisi Perubahan. NasDem, PKS, dan Demokrat hingga kini belum sepakat melakukan deklarasi bersama.
Hal ini sudah diprediksi oleh politisi senior Zulfan Lindan jauh-jauh hari. Ia menganalogikan nama koalisi pendukung Anies bukan Koalisi Perubahan, tetapi Koalisi Berubah-ubah.
“Kita bilang artinya, ini kita melihat bahwa seandainya Anies jadi presiden, ini kita bicara Koalisi Perubahan, ini jadi nggak? Saya katakan ini bukan Koalisi Perubahan, tapi Koalisi Berubah-ubah,” ucapnya, Rabu (22/2).
Munculnya wacana pasangan baru hingga belum deklarasi resmi memunculkan aroma keretakan dalam koalisi partai yang ada, bagaimana nasib para calon yang mereka usung? Akankah hubungan mereka retak karena jangka waktu pertarungan politik yang lama?
Adu Perspektif kali ini mengangkat tema ‘Potensi Retak Koalisi Setelah Ikat Janji’ bersama Panda Nababan (politikus senior PDI Perjuangan), Zulfan Lindan (politikus senior), Adi Prayitno (Direktur Parameter Politik Indonesia), Danhil Anzar Simanjuntak (anggota Dewan Pembina Gerindra), Jazilul Fawaid (Waketum PKB), Rizky Al Jupri (Wabendum PAN), dan Puteri Komarudin (politikus Golkar). Acara disiarkan secara langsung dari detikcom dan kanal video 20detik, Selasa, 21 Maret 2023, pukul 20.00 WIB.
(ed/ids)