Bogor –
Orangtua siswa korban pengeroyokan di asrama kecewa dengan pernyataan Kepala Sekolah (Kepsek) SMA Insan Cendekia Bogor yang menyebut korban terlibat pertengkaran, bukan pengeroyokan. Pernyataan Kepsek disebut tidak sesuai fakta.
“Alhamdulillah, sekolah buka suara, tapi sayang, yang mereka sampaikan bukan fakta,” kata orangtua korban Fahrurozi, Minggu (2/4/2023).
Fahrurozi mengatakan anaknya dianiaya para pelaku yang berjumlah 8 orang. Dia menyebut anaknya tidak memberikan perlawanan.
“Jika yang dimaksudkan itu perkelahian, artinya terjadi saling serang fisik 1 vs 1. Ini anak saya tidak ada melakukan pembalasan/menyerang fisik kepada ke para pelaku,” kata Fahrurozi.
Fahrurozi juga menyayangkan sikap Insan Cendikia yang tidak segera menginformasikan apa yang dialami anaknya. Fahrurozi mengatakan dia sendiri yang menemukan anaknya sudah dalam kondisi babak belur.
“Jadi ketika anak saya ditemukan babakbelur di tanggal 19, pada saat kami jadwal kunjungan. Itu yang nemuin kita, bukan karena ada laporan dari pihak sekolah. Jadi kami datang ke situ memang pas sudah jadwal kunjungan, entah momennya pas jadi kami temukan anak kami itu babak belur,” ungkap Fahrurozi.
“Saya sangat sayangkan seharusnya informasi itu segera disampaikan oleh pihak sekolah ke kami sebagai orangtua, bahwasanya tadi malam atau tadi waktu ada kejadian dimana terjadilah itu, jadi kami segera datang sepagi mungkin,” tambahnya.
Kepsek Insan Cendikia Sebut Korban Terlibat Pertengkaran, Bukan Dikeroyok
Diberitakan sebelumnya, seorang siswa kelas X SMA Insan Cendekia dikeroyok delapan orang temannya di asrama di Sentul, Kabupaten Bogor. Pihak sekolah membantah korban dikeroyok, itu murni pertengkaran biasa.
“Jadi permasalahannya adalah bahwa bukan penganiayaan. Kalau penganiayaan terkesannya adalah terjadi sepihak. Saya termasuk yang menangani dari awal permasalahan itu,” kata Kepala SMA Insan Cendekia, Alfian Adi, saat dihubungi detikcom, Sabtu (1/4/2023).
Alfian juga menceritakan awal mula kasus yang terjadi pada Sabtu (18/2) tersebut. Dia sebagai pihak yang memediasi kedua belah pihak saat itu.
“Anak-anak itu pada malam hari mencurigai, di situ (berita) dianiaya karena mencuri sejumlah uang di teman-temannya. Dia melakukan pencurian, kemudian terjadilah istilahnya berkelahi di asrama,” terangnya.
“Kemudian di pagi harinya, diketahui bahwa terjadi perkelahian karena latar belakang pencurian. Anak-anak melakukan itu karena ada pencurian,” sambungnya.
Alfian menyebut kejadian itu murni pertengkaran antara pelaku dan korban. Dia juga telah memanggil para orang tua yang terlibat dalam kejadian itu untuk dicarikan solusi bersama.
“Bukan (penganiayaan), murni bertengkar, yang uangnya diambil juga nggak terima. Karena kan itu dari orang tuanya untuk jajan,” imbuhnya.
(idn/idn)