Jakarta –
Bagi Aipda Ralon Hauston Manurung, berbuat baik adalah kewajiban. Bahkan, Aipda Ralon rela menjual perhiasan istrinya untuk membangun sekolah untuk anak-anak di pedalaman Kampar Kiri Hulu, Kampar, Riau.
Anggota Direktorat Lalu Lintas Polda Riau itu diusulkan dalam Hoegeng Awards 2023 melalui formulir digital http://dtk.id/hoegengawards2023 karena perjuangannya membangun sekolah tersebut. Ralon diusulkan oleh Ronaldo Sinaga, taruna Akpol asal Siak Riau.
Ronaldo menjelaskan bahwa Aipda Ralon membangun sekolah di pedalaman Riau dengan biaya pribadi. Ronaldo pun menceritakan awal mula Aipda Ralon tergerak hatinya untuk membangun sekolah.
“Bapak (Ralon) ini kan di lantas, lalu ketemu dengan… ada orang yang meminta sumbangan di lampu merah (untuk) sekolahnya, jadi kemarin itu dia meminta bantu sama Pak Ralon ini, dia mengecek langsung gimana sekolah itu, jadi saat dia melihat kondisi sekolah itu dia bantu perbaiki sekolah itu dan membangun,” kata Ronaldo kepada detikcom.
Aipda Ralon Hauston Manurung bersama siswa-siswa sekolah di pedalaman Riau (Foto: dok. Istimewa/Foto diberikan oleh narasumber)
|
Sekolah untuk anak-anak pedalaman yang tidak layak itu kemudian dibangun Aipda Ralon membangun dengan dana pribadinya. Bahkan, Aipda Ralon menjual perhiasan istrinya untuk biaya pembangunan.
“Kemarin itu dia sempat juga menjual perhiasan istrinya untuk membangun itu,” tutur Ronaldo.
Ronaldo mengenal Aipda Ralon karena pernah dibimbing sebelum masuk ke Akademi Kepolisian. Bagi Ronaldo, Aipda Ralon adalah sosok yang rendah hati dan suka membantu sesama.
“Saat ini saya di Akpol, saya dulu anak didik dia waktu belajar les sama dia, dia juga pernah ngajari saya masuk tes polisi, saya sekarang (lokasinya, red) sudah jauh dari dia,” sebut Ralon.
Sekolah yang dibangun oleh Aipda Ralon khusus untuk anak-anak di pedalaman Kampar. Anak-anak di Kampar Kiri Hulu disebut memiliki keterbatasan akses pendidikan di sana.
“Yang jelas itu (sekolah) untuk anak-anak pedalaman, karena akses keluar itu jauh, untuk sekolah-sekolah dasar saja,” jelasnya.
Ronaldo menyebut Aipda Ralon pernah mendapatkan penghargaan dari Gubernur dan Kapolda Riau karena membangun sekolah untuk anak-anak pedalaman di Kampar itu.
“Memang dia sudah menerima penghargaan juga dari gubernur dan Kapolda kan untuk pembangunan sekolah marginal itu, makanya kemarin saya coba ajukan, mana tahu dia bisa lagi menerima penghargaan,” jelasnya.
Awal Mula Membangun Sekolah
Aipda Ralon membangun sekolah untuk anak-anak pedalaman di Kampar Kiri Hulu itu tahun 2017. Awalnya Aipda Ralon bertemu dengan pihak sekolah yang meminta sumbangan untuk pembangunan sekolah di Kampar.
Kala itu, Aipda Ralon yang merupakan polisi lalu lintas sedang berdinas di jalan raya. Tepat di depan kantor Gubernur Riau, dia melihat ada orang yang meminta dana pembangunan sekolah.
“(Mereka) cari donatur, setelah diminta seperti itu, kita namanya polisi ya nanya aja ‘ini ngapain’, terus saya cek terus baru minta bantu bangun sekolah,” kata Aipda Ralon.
Aipda Ralon juga sempat melihat foto-foto bangunan dibawa oleh pihak yang meminta sumbangan itu. Awalnya Aipda Ralon tak begitu yakin karena foto tersebut menampilkan bangunan sekolah yang sangat tidak layak.
“Kok ada bangunan kayak gini, macam kandang apa ini. Saya lihat, saya cek ke Kampar,” tutur dia.
Bangunan awal sekolah di pedalaman Riau (Foto: dok. Istimewa/Foto diberikan oleh narasumber)
|
Setelah kejadian itu, Aipda Ralon berdiskusi dengan istrinya. Aipda Ralon menyebut pihak sekolah yang meminta bantuan itu rupanya satu alumni dengan istrinya.
“Karena yang mengelola dana itu satu alumni sama istri saya. Istri saya orang kelahiran Kampar juga, saya cek, aku janjikan sama mereka ‘kalau seperti ini bangunannya, saya sendiri bangun’, saya cek betul rupanya, mirisnya betul nyata,” jelas Ralon.
Lokasi sekolah tersebut berada di pedalaman Kampar. Aipda Ralon menghabiskan 12 jam di perjalanan dari Pekanbaru ke lokasi. Saat melihat kondisi bangunan sekolah yang tidak layak, Aipda Ralon langsung memutuskan untuk membangun ulang.
“Pak kepala desa waktu itu ikut, langsung saya bilang ‘Pak Kepala Desa, besok langsung letakkan batu pertama, nanti buat di sini 3 lokal dan 1 musala, terus di sini buat tempat pustaka’ berdirilah semua, dalam waktu 3 minggu udah selesai, orang itu kan kompak juga membangunnya sama-sama, karena kita bawa juga tukangnya,” jelas dia.
Sekolah tersebut khusus untuk anak-anak SD kelas 1, 2 dan 3. Ketika anak-anak tersebut naik ke kelas 4, mereka akan dipindahkan ke SD inti.
“Lokalnya 3 kelas, 2 lokal berfungsi, begitu (naik dari) kelas 3 mereka langsung ke sekolah induknya,” ujar Ralon.
Jual Perhiasan Istri untuk Bangun Sekolah
Aipda Ralon sempat menjual perhiasan istrinya untuk membangun sekolah itu. Sang istri pun mendukung ide Aipda Ralon.
“Saya bilang sama mereka, saya nggak punya duit, cuma saya ada simpanan, saya pakai emas, itu punya istri saya,” jelasnya.
Aipda Ralon menyiapkan uang Rp 16 juta untuk pembangunan awal sekolah itu. Sementara, untuk seluruh proses pembangunan kira-kira menghabiskan Rp 30 juta.
“Dana pertama itu aku gunakan 16 juta, waktu pertama itu belum selesai semua kan. Total pembangunan sekitar 30-an lah,” jelas dia.
Aipda Ralon Hauston Manurung membangun sekolah di Riau (Foto: dok. Istimewa/Foto diberikan oleh narasumber)
|
Menurut Aipda Ralon, manusia wajib melakukan hal-hal yang baik. Karena itu, baginya, membangun sekolah untuk anak-anak di pedalaman juga hal yang biasa.
“Kalau menurut saya itu hal biasa aja. Namanya manusia melakukan hal baik itu wajib,” imbuhnya.
Pada saat pertama kali melihat bangunan sekolah yang tak layak itu, Aipda Ralon teringat dengan masa kecilnya. Dulu, Aipda Ralon juga belajar dengan kondisi bangunan sekolah yang sama. Dia tak ingin anak-anak merasakan lagi apa yang pernah dialaminya.
“Begitu saya pikir-pikir, dulu saya dari sekolah yang sangat susah sekali, saya dengan suku pedalaman, suku Sakai di Kabupaten Siak. Suku Sakai di pedalaman Siak itu ya tahulah mereka belum pakai pakaian, masih pakai koteka di tahun ’89. Jadi saya itu sekolah sama mereka, jadi bangkunya sama semua, mejanya sama, saya lihat kan ‘ini sama seperti sekolah saya dulu'” sebut dia.
“Makanya saya nggak ada pilihan memang harus apapun ya harus kita bantu, karena saya berasal dari seperti itu,” imbuhnya.
Hingga saat ini, Aipda Ralon tetap memberikan bantuan untuk siswa-siswa di sekolah itu. Bantuan diberikan setiap semesternya.
“Aku setiap 6 bulan sekali masih supply sama mereka, pakaian, buku. Orang itu kehidupannya susah juga, orang semacam terisolir gitu kan,” kata Aipda Ralon.
Aipda Ralon memberikan bantuan seragam kepada siswa di pedalaman Riau (Foto: dok. Istimewa/Foto diberikan oleh narasumber).
|
Renovasi Musala
Aipda Ralon awalnya ingin membangun musala di dekat sekolah tersebut. Akan tetapi, karena terkendala air, pembangunan diganti dengan renovasi musala warga setempat.
“Ada musala tapi nggak layak pakai, bangun saja, aku nggak enak juga karena agamaku nasrani, nggak enak saya dipublikasikan, saya bilang ‘Nggak apa-apa, bangun saja (musala), terus WC-nya perbaiki semuanya, silakan dirapikan semua,” ucap Ralon.
Ralon memberikan bantuan material untuk perbaikan musala tersebut. Kini, warga bisa beribadah di musala yang lebih layak.
“Mulai dari tempat air, lantai dan atap-atapnya diperbaiki. Jadi saya suruh aja diperbaiki dan saya memberikan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk perbaikan musala tersebut,” sebut dia.
Pendaftaran Hoegeng Awards 2023 telah resmi ditutup per Kamis, (27/4/2023) per pukul 00.00 WIB. Artikel calon kandidat penerima Hoegeng Awards yang naik setelah tanggal tersebut, merupakan tindaklanjut tim redaksi detikcom dari usulan masyarakat yang masuk sebelum pendaftaran ditutup.
(lir/hri)