Jakarta –
Pengendara ‘koboi’, David Yulianto (32) yang menodongkan pistol ke pengendara lain di Tol Tomang heboh lantaran juga memalsukan nomor pelat mobil dinas polisi palsu. Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman mengatakan penindakan dan penertiban pelat dinas palsu masih terus dilakukan.
“Kan kalau pelat yang masalah pelat Polri ini kan kami pun dengan POM dengan TNI, POM ini kita telah selalu melakukan penertiban. Sudah banyak yang kita penindakan ternyata setelah dihentikan mereka memalsukan menggunakan pelat nomor polisi ataupun pelat nomor tentara kita lakukan penertiban terus,” kata Kombes Latif kepada wartawan, Sabtu (6/5/2023).
Latif mengatakan ada ratusan pelat dinas palsu yang sudah ditertibkan di sepanjang tahun 2023. Dia menuturkan pembuat pelat dinas palsu dari kendaraan yang berhasil ditertibkan juga ditelusuri oleh pihak kepolisian.
“Kita kan setelah ada pemalsuan itu kita serahkan ke reskrim untuk melakukan (penelusuran) dari mana pelat, dapatnya dari mana, kan harus ada pemeriksaan dapatnya dari mana,” kata Latif.
“Sudah, sudah banyak, mungkin ada ratusan yang sudah kita lakukan (penertiban),” imbuhnya.
Dia mengatakan mobil dinas polisi yang bertindak ugal-ugalan dan arogan di jalanan harus dicurigai. Menurutnya, polisi yang benar tak akan ugal-ugalan melainkan melindungi dan mengayomi masyarakat.
“Apalagi kendaraan itu sudah menggunakan pelat dinas terus arogan. Nah itu pasti, nggak ada namanya, polisi harus melindungi mengayomi dan melayani masyarakat bukan malah arogan penggunaan pelat itu. Nggak adalah istilahnya polisi benar itu Insyaallah tidak akan melakukan hal-hal yang seperti itu karena dia harus sebagai contoh. Tapi kalau ada penggunaan pelat polisi yang ugal-ugalan kita patut mencurigai itu pasti bukan polisi. Itu yang sering kita hadapi pasti gitu, karena saya sendiri di lapangan sering menangkap seperti itu arogan oh itu bukan polisi,” ujarnya.
Latif mengatakan penggunaan pelat palsu kerap dilakukan masyarakat untuk menghindari tilang elektronik atau Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE). Dia menyebut ETLE seharusnya dapat meningkatkan kesadaran untuk menjaga keamanan dan ketertiban saat berkendara.
“Jadi intinya pasti kami, sudah banyak yang sudah kami lakukan penindakan. Dan ini memang fenomena dalam artian mereka juga ingin menghindari ETLE juga. Gitu kan, itu, tujuan-tujuan mereka kan yang tidak baik, sebetulnya. Makanya E-TLE ini kan bukan untuk dikelabui, tetapi untuk menjaga ketertiban keamanan diri sendiri dan orang lain. Untuk membuat kita menjadi sadar betul menjaga keselamatan kita semuanya kan gitu bukan memsang yang palsu, apalagi melakukan hal-hal yang tidak baik, melakukan pelanggaran kan gitu,” tuturnya.
(mea/mea)