Hasil temuan terbaru Kementerian Kesehatan RI menyebutkan, semua orang memiliki potensi sebagai pengidap diabetes. Hal ini terjadi karena adanya kombinasi antar gen yang memungkinkan adanya peningkatan risiko diabetes.
Hal ini dikuatkan dengan adanya rilisan data terbaru dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Data itu menunjukkan kenaikan persentase angka penyandang diabetes anak dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Tercatat, 1.645 anak-anak penyandang diabetes tersebar di 13 rumah sakit di Indonesia.
“Dari penelitian yang kita lakukan tidak ada orang Indonesia yang tidak punya gen diabetes, semua orang di Indonesia punya gen diabetes, gen diabetes itu tidak tunggal muncul sendiri tetapi berdasarkan kombinasi atas gen lain,” ujar Wamenkes Dante Saksono kepada tim Sudut Pandang detikcom, Senin (5/4/2023).
Dante mengatakan, faktor genetik secara keturunan membuat peluang paling mudah anak-anak kena diabetes. Kemungkinannya semakin membesar bila salah satu atau bahkan kedua orang tuanya memiliki riwayat sakit diabetes.
“Semakin rapat perkawinan dengan orang yang mempunyai gen diabetes semakin rapat kemungkinan, jadi kalau satu anak punya ibu diabetes maka dia punya 6 kali lebih besar resikonya, kalau dia bapaknya diabetes 12 kali jadi diabetes, kalau bapak ibu kena diabetes kurang dari 40 tahun maka dia punya kemungkinan lebih besar lagi bisa 20 kali lipat penderita diabetes,” ujarnya.
Bahkan dari catatan Kemenkes, kata Dante, data penderita diabetes anak lebih besar dibanding data milik IDAI. Adapun menurutnya, hal ini disebabkan oleh dua hal yaitu keturunan serta gaya hidup.
“Diabetes itu dibentuk oleh dua hal mozaiknya yang pertama genetik yang kedua faktor life style, yang kedua ini diabetes yang paling banyak,” ujarnya.
Faktor gaya hidup menjadi ancaman nyata bagi anak-anak dan remaja saat ini. Masalahnya, tidak semua orang tua memahami apa itu diabetes beserta seluk-beluknya.
Pasangan Udud Halomoan dan Ayu Ardian membagikan pengalaman mereka dalam merawat kedua anak balitanya yang terkena diabetes. Berat badan anaknya tidak bertambah meski telah diberi banyak asupan makanan. Mereka tidak menyadari gejala-gejala yang timbul sebagai indikator munculnya diabetes dalam tubuh anak mereka.
“Dari gejala kemarin nggak mau tumbuh badan, kencing-kencing terus,” ujar Udut.
Udut mengatakan semakin hari kondisi Kesehatan anaknya semakin turun, hingga akhir dokter mendiagnosis anak diabetes melitus. Padahal baik dirinya dan istri tidak ada riwayat sakit itu
“Dokter bilang bahwa anak saya diabetes melitus, diabetes melitus penyakit apa saya aja enggak tahu waktu itu, keturunan saja tidak ada, tetapi kata dokter sekarang bisa karena pola makan” ujar Udut.
Setelah mencari tahu tentang penyakit diabetes melitus, Udut akhirnya mempercayai bahwa pemberian makanan berpemanis secara berlebihan adalah salah satu sumbernya. Ia mengatakan, makanan dan minuman dengan pemanis buatan menjadi asupan sehari-hari bagi buah hati.
Benarkah pola makan adalah faktor utama? Halaman selanjutnya.