Jakarta –
Kemampuan drh. Rajanti sebagai animal communicator mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak. Sebagian orang mengakui, dengan metode yang dimilikinya, drh. Rajanti tidak hanya bisa mendiagnosis penyakit, tetapi juga mengetahui isi hati seekor anabul.
Berpraktik di kawasan Tangerang Selatan klinik hewan yang dimiliki drh. Rajanti selalu ramai oleh suara-suara hewan yang saling bersahutan. Menurutnya, tidak semua hewan yang datang ke klinik itu tengah mengidap suatu penyakit. Para pemilik anabul ini tidak jarang hanya mengkonsultasikan hewan peliharaan mereka karena bertingkah tidak wajar.
“Jadi, dia nggak suka kalau dia itu di, apa, digangguin kalau dia mau me time, gitu lho. Nah itu kayak gitu. Sebenarnya, dia bukan tipikal anjing guard dog yang ‘guard dog‘ banget gitu ya. Cuma, saya lebih lihat dia lebih ke jaim aja sih. Karena dia cukup dominan, sebenarnya,” ungkap Rajanti sambil memeriksa seekor anjing di kliniknya.
Menurut Rajanti, kesalahan dalam teknik memelihara seekor hewan akan mempengaruhi perilaku hewan tersebut. Layaknya manusia, hewan juga memiliki mood dan perasaan yang sensitif.
Disinilah peran Rajanti diperlukan. Seekor hewan tidak bisa berkomunikasi dengan pemiliknya secara detail. Namun, lewat teknik mind power yang dimilikinya, membuat Rajanti memungkinkan untuk berkomunikasi secara dua arah dengan pasiennya.
Lebih lanjut Rajanti menjelaskan, kepribadian seekor hewan tidak bisa dilihat dari bentuk serta ukuran mereka. Hal inilah yang sering disalahartikan oleh seorang pemilik. Anjing atau kucing berbulu lebat dengan mata yang besar bisa mereka lihat sebagai hewan yang lucu. Namun, bukan berarti mereka mau dimanja atau dipeluk setiap saat. Sebab menurut Rajanti, beberapa dari mereka memiliki karakter ‘alpha’.
Kepada seorang pemilik, Rajanti menjelaskan hal yang disukai dan tidak disukai anabulnya. Ia mengulang kembali percakapannya dengan si anjing yang sebelumnya dilakukan tidak dengan bahasa verbal
“Saya bilang, ‘Ih kamu lucu banget,’ dia nggak suka. Padahal lucu banget ya. Terus saya bilang, ‘Iya deh, kamu hebat, kamu luar biasa,’ nah itu dia senang kayak gitu. Jadi, memang, tipikal yang memang dia senang kalau dia dibilangin sesuatu yang gagah, gitu ya. Tapi, dia juga, itu yang makanya saya bilang, karena dia bukan tipikal guard dog yang dominan banget, yang keras, gitu ya. Jadi dia juga tetap punya hati yang masih ke family-nya bagus,” tutur Rajanti.
(vys/vys)