Jakarta –
Tim Pengawas Pelaksanaan (Timwas) Haji DPR memberi sorotan tajam terhadap penyedia layanan haji, yang disebut masyariq. Timwas ingin evaluasi menyeluruh untuk masyariq jemaah haji Indonesia.
“Komitmen tidak dilaksanakan dengan baik oleh masyariq (team pelayanan haji Arab Saudi) banyak jemaah haji Indonesia yang terlunta dan tersiksa,” kata Anggota Timwas Haji DPR Hamid Noor Yasin kepada wartawan di Makkah, Minggu (2/7/2023).
Hamid mengatakan biaya haji jemaah Indonesia tahun 2023/1444H sebesar Rp 98,89 juta. Biaya yang ditanggung jemaah haji sebesar Rp 49,81 juta, atau 55,3% dari biaya keseluruhan. Sementara yang ditanggung BPKH Rp 40,23 juta atau 44,7%. Dan antrian calon jamaah haji semakin tahun semakin panjang.
“Jika kita daftar di tahun ini 2023 dengan setoran awal untuk mendaftar haji Rp 25 juta, maka diperkirakan akan diberangkatkan antara 11 sampai dengan 47 tahun ke depan. Kalau misalnya saya ini mendaftar sekarang di umur 54 tahun, berarti bisa jadi nanti umur 101 tahun baru bisa berangkat haji (manistata’a ilaihi sabila), diperuntukkan bagi orang-orang yang mampu. Mampu secara fisik, biaya atau harta maupun secara ruhiyah maknawiyah,” ulas Hamid.
Artinya, dia melanjutkan, semakin panjang antrean daftar tunggu, maka peserta haji ke depan akan semakin banyak yang berusia lanjut atau lansia. Tahun 2023 ini yang usianya di atas 65 tahun mencapai 67.000 jemaah, atau sekitar 30% dari total jemaah haji Indonesia yang jumlah kuotanya 229 ribu jemaah. Maka, komitmen Pemerintah terhadap pelayanan haji semakin tahun harus betul-betul ramah lansia, mulai dari embarkasi, bandara, Makkah, Madinah, juga terutama di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).
Persoalan yang terjadi, terutama di Armuzna, karena banyaknya jemaah yang membludak tidak tertangani dengan baik. Tenda-tenda jemaah Indonesia di Armuzna penuh tidak bisa menampung jemaah, sehingga banyak yang di luar tenda, sementara kondisi cuaca panasnya sampai di atas 47 derajat Celcius. Hamid mencatat jemaah Indonesia kekurangan minum, makan, kebutuhan air MCK, dan menderita macet di mana-mana, terutama di Muzdalifah.
Hamid mengungkit jemaah tragedi Muzdalifah, yaitu momen jemaah menumpuk tidak bisa diangkut selama 10 jam lebih dalam kondisi panas di atas 35 derajat Celcius sehingga banyak yang dehidrasi dan ada yang sampai pingsan.
“Pelaksanaan ibadah haji ini harus betul-betul kita evaluasi secara menyeluruh di seluruh lini kepada tim pelayanan haji dari Arab Saudi (masyariq) yang saat ini tidak memenuhi komitmen memberi layanan yang baik selama di Armuzna, akibatnya banyak jemaah haji Indonesia yang terlunta-lunta dan tersiksa,” ujar politikus PKS ini.
Hamid mengatakan permintaan penambahan kuota haji ke Arab Saudi memang harus terus diperjuangkan untuk mengurangi lamanya antrean. Namun dia mengingatkan penambahan kuota harus juga dibarengi dengan penambahan fasilitas.
“Agar peristiwa penumpukan jemaah, kekurangan tempat tenda, kekurangan makan, kekurangan minum, kekurangan air MCK, antrean yg panjang di mana-mana, penumpukan jemaah karena masalah transportasi, tidak bisa mengevakuasi jemaah dan masalah-masalah di mana-mana tidak terulang lagi untuk haji yang akan datang,” ujarnya seraya mengingatkan jemaah haji kloter pertama akan pulang tanggal 4 Juli ini.
(tor/idn)