Jakarta –
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut Rossby Ekuator menjadi salah satu penyebab meningkatnya potensi hujan di beberapa wilayah di Indonesia. Hujan ini terjadi di tengah-tengah musim kemarau.
Rossby Ekuator disebut juga sebagai Gelombang Equatorial Rossby. Lalu, apa pengertian Rossby Ekuator? Apa saja dampak dari gelombang Rossby Ekuator? Simak penjelasannya berikut ini.
Dilansir situs BMKG, Gelombang Equatorial Rossby atau Rossby Ekuator adalah suatu fenomena yang terjadi di fluida (atmosfer/lautan) yang berotasi secara berpasangan dan bergerak ke arah barat di sekitar kawasan ekuator. Gelombang Rossby juga dikenal dengan istilah gelombang planet.
Menurut situs Layanan Kelautan Nasional Amerika Serikat, Rossby Ekuator secara alami terjadi pada cairan yang berputar. Di dalam lautan dan atmosfer bumi, gelombang planet ini memainkan peran penting dalam membentuk cuaca.
Animasi dari Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA menunjukkan adanya gelombang atmosfer panjang dan pendek seperti yang ditunjukkan oleh aliran jet. Warna tersebut mewakili kecepatan angin mulai dari yang paling lambat (warna biru muda) hingga tercepat (merah tua).
Ilustrasi (Foto: ANTARA/ADITYA PRADANA PUTRA)
|
Proses Terbentuknya Gelombang Rossby Ekuator
Gelombang Rossby Ekuator terbentuk ketika udara kutub bergerak ke arah khatulistiwa, sementara udara tropis bergerak ke arah kutub. Akibat perbedaan temperatur antara khatulistiwa dan kutub karena perbedaan jumlah radiasi matahari yang diterima, panas cenderung mengalir dari lintang rendah ke lintang tinggi.
Gelombang Rossby ini membantu memindahkan panas dari daerah tropis ke kutub dan udara dingin ke daerah tropis dalam upaya mengembalikan keseimbangan atmosfer. Mereka juga membantu menemukan aliran jet dan menandai jalur sistem tekanan rendah permukaan.
Dampak Gelombang Rossby Ekuator
Rossby Ekuator menyebabkan cuaca buruk pada wilayah yang dilaluinya. Gelombang Rossby ini memiliki karakteristik membawa massa udara yang bersifat basah sehingga sebuah wilayah sering dilanda kondisi hujan atau mendung. Selain itu, Gelombang Rossby Ekuator juga dapat menimbulkan hujan dengan intensitas lebat.
Penyebab Hujan di Tengah Musim Kemarau
Mengutip dari laman Instagram BMKG @infobmkg, secara umum puncak musim kemarau 2023 di sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan berlangsung pada Juli-Agustus 2023. Namun, berdasarkan data analisis cuaca selama beberapa hari terakhir, masih terdapat hujan di beberapa wilayah.
Hal ini disebabkan adanya dinamika atmosfer pada skala regional hingga lokal yang meningkatkan peluang hujan di beberapa wilayah Indonesia. Dinamika atmosfer ini berperan besar dalam pertumbuhan awan hujan.
Faktor dinamika atmosfer yang memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan di antaranya adalah aktivitas gelombang Kelvin dan Rossby Ekuator di sekitar wilayah Indonesia. Selain itu, adanya pola belokan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian utara karena pola sirkulasi di sekitar Laut China Selatan dan utara Sulawesi juga bisa ikut memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan.
Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi hujan sedang dan lebat. Berikut beberapa wilayah yang berpotensi terdampak hujan sedang hingga lebat.
- Sebagian Sumut, Sumbar, Riau, Kep. Riau
- Sebagian Jateng dan Jatim
- Sebagian Bali dan Nusa Tenggara
- Sebagian Kalsel dan Kaltim
- Sebagian Sulbar dan Sulsel
- Sebagian Sumsel, Babel, dan Lampung
- Sebagian Jabar, Banten, DKI Jakarta, Jateng, dan jatim
- Sebagian Bali, NTB, dan NTT
- Sebagian Sulbar, Sulsel, dan Sultra
- Sebagian Maluku, Papua Barat, dan Papua.
(kny/imk)