Jakarta –
Konsultan desain yang bermarkas di Inggris, Buro Happold (BH), menyebut proyek Jakarta International Stadium (JIS) tidak sesuai dengan konsep desain orisinal dari Buro Happold. Produser Jakarta Melayu Festival Geisz Chalifah menyebut perubahan desain hal biasa jika ada kendala.
Geisz awalnya menerangkan Buro Happold kerap memberikan jasa di bidang Building Services Engineering (MEP), Economics, Ground Engineering, People Movement, Strategic Planning, Structural Engineering, Transport and Mobility, Visualization, dan Water. Geisz mengatakan Buro Happold selalu bekerja sama dengan biro arsitek lokal.
“Misalnya, kerja sama BH dengan Tabanlioglu Architects dan Populous dalam proyek Stadion Astana Arena di Astana, Kazakhstan. Di Indonesia, BH bekerja sama dengan Biro Arsitek PDW Architect dan Jakarta Konsultindo untuk membangun JIS,” ucap Geisz, kepada wartawan, Senin (10/7/2023).
“Bahwa dalam pelaksanaan ada perubahan adalah hal yang biasa terkadang ada kendala yang mau tak mau harus ada perubahan dari desain awal,” lanjut dia.
Geisz mengatakan perubahan apa saja dalam pembangunan JIS. Buro Happold, lanjut dia, juga tidak merinci apa saja yang diubah dalam proyek JIS.
“Tidak ada pernyataan dari Buro Happold JIS tidak sesuai standar FIFA. Yang ada adalah perubahan keterangan di WEB BH dari sebelum hilang dan setelah ditayangkan kembali,” kata Geisz.
Geisz tidak masalah jika JIS mau dikembangkan aksesnya. Sebab, menurut dia, pembangunan JIS memang belum rampung sepenuhnya. Salah satu yang disinggung Geisz adalah soal stasiun dekat JIS yang sampai saat ini belum bisa digunakan.
“Saya setuju dibuat pansus untuk menyelidiki JIS, Namun juga harus ada perlakuan yang sama terhadap Mandalika. JIS menggunakan dana PEN (Pinjaman yang bukan Hibah)” kata Geisz.
“Mandalika memiliki utang Rp 4,6 T, mengalami kerugian miliaran rupiah. Bahkan kembali meminta penyertaan modal. Selidiki keduanya hingga tuntas agar kita semua tahu mana yang digarong dan siapa malingnya,” lanjut dia.
Geisz menyebut saat ini JIS tengah dipolitisasi. Dia berharap FIFA segera diundang ke Indonesia.
“Yang terjadi sekarang untuk JIS adalah hasil karya anak bangsa di-downgrade untuk kebutuhan politik. Supaya tidak dipolitisasi, undang FIFA secepatnya,” katanya.
(idn/dhn)