Jakarta –
Hari Puisi Indonesia (HPI) diperingati pada tanggal 26 Juli setiap tahunnya. Peringatan Hari Puisi Indonesia setiap tanggal 26 Juli ini berdasarkan tanggal lahir Chairil Anwar, salah satu legenda penyair di Indonesia yang lahir pada 26 Juli 1922 silam.
Peringatan Hari Puisi Indonesia pada tanggal 26 Juli ini berbeda dengan peringatan Hari Puisi Nasional pada tanggal 28 April. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak serba-serbi tentang sejarah dan sosok di balik peringatannya berikut ini:
Sejarah tanggal 26 Juli diperingati sebagai Hari Puisi Indonesia adalah berdasarkan hari ulang tahun Chairil anwar pada 26 Juli 1922. Seperti dilansir Antara, penetapan tersebut dideklarasikan oleh para penyair Indonesia pada 22 November 2012.
Hari Puisi Indonesia tanggal 26 Juli dideklarasikan berdasarkan kesepakatan Tim Perumus. Alasan pemilihan tanggal tersebut sebab tanggal 26 Juli, yakni hari lahir penyair Chairil Anwar, dianggap sebagai tonggak utama tradisi puisi modern Indonesia.
“Sesuai hasil kesepakatan Tim Perumus, yang kami pilih sebagai Hari Puisi Indonesia adalah tanggal 26 Juli, yakni hari lahir penyair Chairil Anwar, peletak tonggak utama tradisi puisi modern Indonesia,” kata penyair Ahmadun Yosi Herfanda, anggota Tim Perumus yang juga kurator Pertemuan Penyair Indonesia (PPI).
Deklarasi Hari Puisi Nasional tersebut merupakan puncak dari serangkaian acara Pertemuan Penyair Indonesia (PPI) I yang digelar di Anjungan Idrus Tintin Pekanbaru, Riau, pada 22 November 2012. Setelah dideklarasikan, Hari Puisi Indonesia diperingati tanggal 26 Juli secara besar-besaran setiap tahunnya.
Pameran Chairil Anwar (Foto: Indihome)
|
Sosok Chairil Anwar dan Karya-karyanya
Menurut situs Ensiklopedia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Chairil Anwar terkenal sebagai penyair yang tidak lepas dari puisi modern Indonesia. Sosoknya menjadi pelopor Angkatan 45 dalam Sastra Indonesia. Chairil Anwar lahir pada tanggal 26 Juli 1922 di Medan, Sumatera Utara.
Orang tua Chairil Anwar berasal dari Payakumbuh. Ayahnya bernama Teoloes bin Haji Manan yang bekerja sebagai ambtenaar pada zaman Belanda dan menjadi Bupati Rengat pada zaman Republik tahun 1948. Ibunya bernama Saleha yang dipanggil sebagai Mak Leha.
Sebelum menjadi seorang penyair, Chairil Anwar sempat menempuh pendidikan sebagai berikut.
- Neutrale Hollands Inlandsche School (HIS) [setara SD] di Medan
- Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) [serata SLTP atau SMP]. Namun, Chairil Anwar hanya sampai kelas satu di MULO.
- Chairil Anwar pindah ke Jakarta dan masuk kembali ke MULO di Jakarta. Di Jakarta, ia hanya mengikuti MULO sampai kelas dua.
- Setelah itu, Chairil Anwar belajar sendiri, mulai dari mempelajari bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman, sehingga ia dapat membaca dan mempelajari karya sastra dunia yang ditulis dalam bahasa-bahasa asing itu.
Pada bulan Januari-Maret 1948, Chairil Anwar bekerja menjadi redaktur majalah Gema Suasana. Namun, karena merasa tidak puas, dia mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut.
Dia kemudian bekerja sebagai redaktur di majalah Siasat sebagai pengasuh rubrik kebudayaan “Gelanggang” bersama dengan Ida Nasution, Asrul Sani, dan Rivai Apin.
Kemudian Chairil Anwar merencanakan untuk mendirikan sebuah majalah kebudayaan yang bernama “Air Pasang” dan “Arena”. Namun, rencana itu belum juga terwujud hingga Chairil Anwar meninggal dunia.
Berikut beberapa karya yang dihasilkan Chairil Anwar semasa hidupnya:
- Tahun 1942: Chairil Anwar menciptakan sebuah sajak yang berjudul “Nisan”.
- Tahun 1949: Chairil Anwar menghasilkan tujuh buah sajak, yaitu:
1. Mirat Muda
2. Chairil Muda
3. Buat Nyonya N
4. Aku Berkisar Antara Mereka
5. Yang Terhempas dan Yang Luput
6. Derai-Derai Cemara
7. Aku Berada Kembali”. - Terjemahan Chairil Anwar:
1. Sajak De Laatste Dag Der Hollanders op Java karya Multatuli diterjemahkan dengan judul “Hari Akhir Olanda di Jawa”.
2. Sajak The Raid karya John Steinbeck (Amerika) dengan judul “Kena Gempur”.
3. Sajak yang berjudul Le Retour de l’enfant prodigue karya Andre’ Gide (Perancis) diterjemahkannya dengan judul “Pulanglah Dia Si Anak Hilang”.
4. Karya John Cornford (Inggris), Hsu Chih Mo (Cina), Conrad Aiken (Amerika), dan W.H. Auden (Amerika).
Selama enam setengah tahun sejak tahun 1942-1949, Charil Anwar telah menghasilkan 71 buah sajak asli, dua buah sajak saduran, 10 sajak terjemahan, enam prosa asli, dan empat prosa terjemahan. Chairil Anwar wafat pada 28 April 1949 akibat sakit paru-paru.
(wia/imk)