Polri mengatakan bobot nilai psikologi calon taruna dan taruni Akademi Kepolisian (catar Akpol) 50 persen. Sisanya, 30 persen nilai akademis dan 20 persen nilai jasmani.
Pembobotan dengan persentase tersebut baru diberlakukan tahun ini. Polri menyampaikan mekanisme pembobotan nilai catar yang mengutamakan aspek psikologi adalah hasil dari evaluasi terhadap perilaku anggota saat bertugas.
“Bobot (nilai) psikologi selalu kita evaluasi. Tahun lalu itu bobot psikologi 40 persen, tahun ini setelah kita evaluasi, kita naikkan jadi 50 persen. Lalu 30 persen nilai akademis, dan 20 persen nilai jasmani,” kata Asisten Kapolri bidang SDM (As SDM Kapolri) Irjen Dedi Prasetyo kepada detikcom di Akademi Kepolisian (Akpol), Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Sabtu (22/7/2023).
Dedi kemudian menjelaskan, catar Akpol yang nantinya mengikuti pendidikan sebagai taruna Akpol harus memiliki mental yang kuat. Terlebih setelah lulus dari Akpol, lanjut Dedi, taruna dihadapkan pada tugas dan situasi yang kompleks sehingga harus betul-betul memiliki dasar psikologi yang matang dalam upaya menegakkan hukum.
Ilustrasi Asisten Kapolri bidang Sumber Daya Manusia (As SDM), Irjen Dedi Prasetyo (Dok. SSDM Polri)
|
“Kenapa akademis 30 persen? Karena proses belajar ini kan terus menerus. Dia masih bisa belajar seiring jenjang karier kepolisiannya. Kenapa jasmani bobotnya 20 persen? Karena masih ada waktu pelatihan yang akan dijalani selama 4 tahun di Akpol, di mana setiap kenaikan tingkat akan dilatih dan dievaluasi jasmaninya,” terang Dedi.
“Kalau psikologi? Dari awal sebelum mengikuti pendidikan di Akpol, dia memang harus punya dasar psikologi yang kuat. Jika psikologinya matang, mentalnya matang, sesuai harapan Bapak Kapolri (Jenderal Listyo Sigit Prabowo), diharapkan setelah lulus mereka memiliki kemampuan mengambil keputusan betul-betul humanis, memperhatikan masyarakat, menegakkan hukum yang berkeadilan bagi masyarakat,” imbuh mantan Kadiv Humas Polri ini.
Tak hanya itu, Dedi menerangkan, kondisi psikologi dapat mempengaruhi sikap polisi dalam menjalankan tugas sehari-hari. Oleh sebab itu, porsi bobot nilai psikologi catar Akpol dinaikkan, sebagai upaya Polri memastikan SDM-SDM yang dicetaknya memiliki kemampuan kontrol diri yang baik.
“Psikologi menjadi utama karena dalam pelaksanaan tugas, anggota Polri diberi kewenangan diskresi kepolisian. Jadi kami berupaya melahirkan SDM-SDM Polri mereka dapat mengontrol diri sehingga terhindar dari pelanggaran, penyimpangan , arogansi. Juga untuk menekan tingkat stres anggota Polri yang berujung tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain,” tutur Dedi.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.