Jakarta –
Pada sebuah halaman di pinggiran jalanan Parung, terdengar lolongan yang saling bersahutan. Sore itu adalah masa dimana mereka bisa keluar kandang untuk bermain di arena yang sudah disiapkan. Di antara ratusan anjing itu, nampak Yurike Lanser yang sedang memantau kondisi mereka.
Pendiri pusat adopsi Dogs Need Love itu menjelaskan, sebelum bertemu dengannya, anjing-anjing ini hidup dalam keadaan memprihatinkan. Terkunci dalam kandang sempit, tak mengenal dunia luar, dan hanya diberi makan seadanya.
Kurang lebih satu bulan lalu, anjing-anjing ini diselamatkan oleh Yurike dan rekan sesama penyayang hewan, Michelle dari Komunitas Biscuit Almond Soya Muffin. Tidak kurang dari 104 ekor anjing ras telah mereka selamatkan dari praktik ‘pabrik’ anak anjing. Praktik pembiakan anjing komersil ini disebut sebagai puppy mill, atau pabrik anak anjing. Layaknya bisnis yang mengedepankan keuntungan, anjing di puppy mill hanya ‘bertugas’ untuk kawin dan melahirkan demi memenuhi permintaan pasar.
“Anjing tidak pernah keluar dari kandang, dan anjing purpose-nya ya hanya untuk lahiran, dan kawin. Kawin, lahiran, kawin, lahiran. Dan kadang-kadang dilakukan tidak secara natural. Kalau misalnya mengikuti pola naturalnya mereka itu, mereka hanya bisa produksi satu ekor itu dua kali setahun. Nah itu ya rugi buat bisnis. Nah pada saat itu mereka kadang-kadang melakukan suntikan hormonal yang membuat percepatan proses untuk mereka bisa masuk ke masa reproduksi lagi,” jelas Yurike kepada tim Sudut Pandang detikcom, Senin (24/7).
Menurut pengamatan Yurike, permintaan yang tinggi akan ketersediaan anak anjing dipengaruhi oleh kegiatan jual beli anjing yang dinormalisasi di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari mudahnya menemukan kegiatan jual beli hewan peliharaan, baik di toko-toko, di eksebisi mal, hingga di pinggir jalan.
Ketika anjing menjadi komoditas, maka ia mesti diproduksi sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan kelayakan hidup anjing tersebut. Akibatnya, anjing menjadi rentan akan penyakit, baik fisik maupun mental.
“Kebanyakan semua betinanya bermasalah. Masa menyusui dipaksa stop terus menerus secara, tidak secara natural itu menyebabkan banyak penyakit. Dari mulai tumor, kebanyakan penyakit yang di rahim semua segala macam itu banyak terjadi sampai ke ginjal. Karena mereka mungkin disuntik hormon terus,” terang Yurike.
Masalah selanjutnya dari pabrik anjing adalah peranannya dalam menambah isu overpopulasi. Ketika bisnis pabrik anjing mulai merugi, jumlah anjing yang menua dan tak laku akan lebih banyak dari anjing yang terjual. Jika anjing yang tak laku tersebut tidak diselamatkan, besar kemungkinan mereka akan terlantar.
Kondisi tersebut juga yang mengantarkan Yurike melakukan penyelamatan dari pabrik anak anjing. Diketahui, ia bisa melakukan aksi penyelamatan ini sebab sang pemilik pabrik anjing yang ditemuinya sudah tak sanggup lagi menampung kelebihan anjing yang diproduksi.
“Pada saat ketemu itu kondisinya breeder ini memang sudah sangat kewalahan, kemungkinan tidak sanggup memberikan makan lagi kepada semua anjing yang ada di tempatnya dia. Akhirnya makin banyak ngobrol, akhirnya dia mau ngikutin dengan saran dari kita. Kalau memang pengin selesai, ya udah selesaikan semuanya. Mulai hidup baru, jangan melakukan hal yang sama lagi,” tutur Yurike.
Kini, kondisi 104 anjing yang diselamatkan Yurike dan Michelle perlahan-lahan membaik. Anjing-anjing tersebut bernaung di sebuah pet hotel yang disewa Yurike, di mana mereka bisa leluasa beraktivitas dan melalui proses pemulihan.
Meski demikian, Yurike menyadari bahwa kondisi anjing-anjing ini tidak akan optimal jika terus menginap di pet hotel. Diperlukan keluarga baru yang mau mengadopsi anjing-anjing ras ini. Maka, saat ini Yurike dan Michelle juga aktif mengajak para pecinta hewan untuk mengadopsi anjing-anjing yang diselamatkannya.
Yurike menyayangkan belum adanya regulasi atau larangan praktik pabrik anjing di Indonesia. Meski demikian, bukan berarti tidak ada yang bisa dilakukan terkait hal ini.
Melalui platform media sosial, Yurike terus mengedukasi masyarakat untuk menjadi pemilik hewan peliharaan yang bertanggung jawab. Sebelum memutuskan untuk hidup dengan hewan, seseorang harus memastikan bahwa ia mampu berkomitmen merawatnya. Selain itu, anjuran untuk tidak membeli, melainkan adopsi juga opsi yang lebih baik untuk memiliki hewan peliharaan.
“Kita penginnya sih, semua dog lovers, kita percaya memang punya hati yang baik. Kita pengin supaya lebih bijak lagi. Coba bertanggung jawab. Bertanggung jawab dulu, itu yang paling penting,” pungkas Yurike.
(nel/vys)