Adnan Kasweri (19), mengaku rasa minder di masa-masa Seleksi Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) 2023 luntur, usai disapa dua perwira tinggi Polri. Dua jenderal Polri tersebut bertemu Adnan saat tahap pemeriksaan penampilan (rikpil).
“Saat rikpil ditanya Pak As SDM (Irjen Dedi Prasetyo), dan Pak Kadiv Propam (Irjen Syahardiantono),” kata Weri, sapaan akrabnya, kepada detikcom, Senin (24/7/2023).
Anak dari seorang kuli bangunan di Bangka, Kepulauan Bangka Belitung (Babel) ini menceritakan, Irjen Syahardiantono awalnya menanyakan proses Weri masuk Akpol. Syahardiantono bertanya apakah Weri pernah membayar atau dimintai uang selama mengikuti seleksi masuk Akpol.
“Ditanya soal ‘Ada nggak yang pungut biaya di panitia daerah? Saya bilang, ‘nggak ada’,” ucap Weri menirukan percakapannya dengan Syahardiantono.
Weri menceritakan, Syahardiantono kemudian menanyakan pekerjaan orang tuanya. Weri menjawab ayahnya bekerja sebagai buruh harian.
“Lalu katanya (Syahardiantono kepada Weri), semangat terus, jangan minder kalau orang tua kerja sebagai buruh harian. Kata Kadiv Propam jangan minder karena sama-sama makan nasi,” ucap Weri.
Senada dengan Syahardiantono, lanjut Weri, Dedi Prasetyo juga turut menyemangatinya. Di hadapan Dedi, Weri lalu menunjukan bakatnya di bidang olahraga voli.
“Pak As SDM sama, intinya menyemangati. Lalu saya diminta tunjukan bakat saya. Saya hobi main voli, jadi saya tunjukin cara service, smash bola voli,” ujar anak kedua dari empat bersaudara ini.
Weri mengungkapkan, nasihat dan semangat yang diberikan Irjen Syahardiantono dan Irjen Dedi Prasetyo membuat rasa mindernya hilang. Dengan dirinya yang masuk seleksi akhir Akpol dan semangat dari kedua jenderal Polri tersebut, Weri semakin yakin latar belakang keluarga bukan menjadi kendala dirinya mewujudkan cita-cita sebagai perwira polisi.
“Apa yang disampaikan Pak Kadiv Propam, Pak As SDM jadi pemicu saya lebih semangat lagi. Awal-awal datang memang ada rasa minder, tapi teman di sini juga semangatin sih,” tutur dia.
“Nilai tahun lalu Psikologi saya 67, Jasmani saya 79. Akhirnya persiapan tahun ini saya belajar lagi materi-materi soal di internet dan ikut les psikologi di website yang Rp 100 ribu selama beberapa bulan. Alhamdulillah sekarang Psikologi saya 73, Jasmani 90 karena saya latihan olahraga sama guru SD,” sambung Weri.
Weri menceritakan hidupnya berasal dari keluarga sangat sederhana. Ayahnya bekerja sebagai buruh harian lepas, terkadang kuli bangunan, terkadang menggarap kebun di tanah peninggalan sang kakek.
“Ayah saya bekerja sebagai buruh harian lepas kerja, sebagai kuli bangunan, karena pernah kecelakaan saat saya duduk di bangku SD, saat itu kakinya patah. Karena kondisinya kurang prima, akhirnya kerjanya kurang. Lalu beralih sekarang berkebun di tanah warisan kakek, kebun rempah.
Ibu Weri hanyalah ibu rumah tangga biasa. Sebelum pandemi COVID-19 melanda, ibunya masih membantu sang ayah mencari rezeki dari berjualan baju keliling.
“Ibu saya ibu rumah tangga. Sebelum COVID jual pakaian, datang ke rumah orang-orang, jadi kalau ada yang mau pesen model baju, ibu cariin di pasar. Tapi karena COVID, modalnya nggak muter lagi,” ungkap Weri.
Sementara kakak laki-lakinya adalah petugas siram taman sekaligus petugas kebersihan di stadion dekat rumahnya. “Kakak yang pertama nyiram dan bersih-bersih di stadion,” sambung Weri.
Hari ini, Senin (24/7), Weri dinyatakan lolos Seleksi Akpol. Kepada detikcom, Weri mengatakan akan selalu menjadikan ucapan Syahardiantono dan Dedi Prasetyo sebagai motivasi.
“Kemarin saya hanya (jawab) ‘siap, siap’ saja. Tapi kalau bisa menjawab lagi, sebenarnya saya mau bilang, ‘Terima kasih, Pak. Karena support Bapak saya bisa semakin semangat, pikiran minder saya hilang,” tutur Weri.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.