Menko PMK Muhadjir Effendy mengaku agak marah karena ada yang menyebut enam warga Papua Tengah meninggal akibat diare. Muhadjir mengatakan mereka meninggal akibat kelaparan.
Hal itu disampaikan Muhadjir saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Transformasi Peradaban Bahari Menuju Indonesia Emas 2045 sebagaimana disiarkan kanal YouTube Kemenko PMK, Rabu (9/8/2023).
Muhadjir awalnya menyinggung soal cuaca ekstrem yang terjadi di Papua Tengah. Dia menyebut kondisi itu menyebabkan warga di tiga distrik mengalami kelaparan.
“Saya baru saja berkunjung ke Papua Tengah menangani kelaparan di daerah namanya, lembah itu, lembah Agandugume, itu lembah yang di situ ada tiga distrik yang kemarin kena kelaparan,” kata Muhadjir.
Dia mengatakan daerah itu tak bisa dijangkau selain menggunakan pesawat kecil. Dia mengatakan pihak maskapai juga berpikir dua kali untuk terbang ke lokasi itu.
“Pilotnya nggak mau landing, khawatir ditembak sama KKB. Jadi pusing kita, gimana ini menjamin, kalau saya sih bukan sombong ya, percaya sama Tuhan ya,” ujarnya.
Dia mengatakan TNI kemudian mengalihkan dirinya untuk datang ke lokasi terdekat, yakni Sinak, yang dijadikan lokasi penyaluran bantuan bagi korban kelaparan. Menurutnya, warga dari Agandugume harus berjalan sekitar 2 hari 1 malam untuk mengambil bantuan itu.
“Hanya untuk mengambil beras 10 kilo, bayangkan,” ujarnya.
Dia mengatakan pemerintah sedang melakukan negosiasi dengan maskapai agar mau mendarat di Agandugume untuk mempermudah penyaluran logistik. Dia mengatakan ada sekitar 10 ribu warga yang berada di sana.
“Ini masalah orang kelaparan dan jumlahnya tidak sedikit, mungkin ada 4.000 KK, dari tiga distrik jadi ada sekitar 10-15 ribu warga,” ucapnya.
“Kemarin Pak Presiden mengatakan ‘itu mbok diambil ajalah, ditarik nggak usah di situ’. Wah ini kok 10 ribu kok, kalau 5 KK-10 KK sudah kita angkut itu,” sambung Muhadjir.
Dia mengatakan warga di sana terancam kelaparan. Dia juga mengaku sudah meminta IPB untuk mengkaji soal umbi yang cocok ditanam dan tahan cuaca ekstrem di sana.
“Saya sudah minta IPB mengkaji kira-kira umbi-umbian apa yang bisa mengganti umbi di sana katanya itu musimnya sudah dipastikan nanti menjelang pertengahan Juli ada hujan es, nanti kemudian ada kabut es. lah kabut es nggak tahu karakternya apa itu yang bikin umbi-umbian busuk. Makanan pokok mereka itu umbi bukan padi,” ujarnya.
“Itu busuk semua, kalau dipaksa dimakan itu jadi diare itu sampai meninggal itu,” sambungnya.
Dia mengatakan warga memang terkena diare. Dia mengatakan pemicu warga memakan umbi busuk hingga mengalami diare itu adalah kelaparan.
“Meninggalnya benar diare, kan nggak ada visum dokter meninggal kelaparan kan nggak ada. Ya diarenya itu karena kelaparan,” ujarnya.
Muhadjir pun mengaku agak marah karena ada yang menyebut warga meninggal karena diare, bukan kelaparan. Dia menegaskan peristiwa yang terjadi adalah kelaparan.
“Saya agak marah kemarin di sana itu pelintir masak ada yang bilang ‘ini bukan karena kelaparan, matinya itu karena diare’. Iya, tapi diarenya itu karena lapar,” kata Muhadjir.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Simak juga Video: Panglima TNI Pastikan KKB Tak Ganggu Bantuan Korban Kelaparan Papua