Jakarta –
Wakil Ketua Komisi V DPR Andi Iwan Darmawan menyoroti sejumlah daerah terdampak kekeringan akibat fenomena El Nino. Andi Iwan mendorong pemerintah meningkatkan infrastruktur di segala sektor sebagai bentuk preventif sekaligus kuratif atas bencana yang terjadi.
“Pembangunan infrastruktur memiliki peran penting dalam mencegah dampak kekeringan. Infrastruktur seperti bendungan, saluran irigasi, dan reservoir air membantu menyimpan dan mengalirkan air untuk irigasi pertanian dan kebutuhan air domestik, yang dapat mengurangi risiko kekeringan,” kata Andi dalam keterangan tertulisnya, Jumat (11/8/2023).
“Jadi jangan melakukan tindakan penanggulangan bencana saja, tapi tindakan pencegahannya juga harus diperhatikan,” lanjutnya.
Andi mengatakan banyak masyarakat menderita akibat kekeringan. Terlebih di wilayah pedesaan yang minim infrastruktur.
“Karena kita lihat bersama, banyak masyarakat menderita akibat bencana kekeringan yang mungkin untuk masyarakat kota biasa saja. Tapi di desa-desa dan pedalaman dampaknya lebih parah karena kekurangan infrastruktur ” ujar Iwan.
Iwan mengungkap bencana kekeringan yang tengah dilanda Indonesia kini memiliki dampak serius bagi masyarakat. Kekurangan air dapat menyebabkan penurunan produksi pertanian, kerugian ekonomi, dan krisis pangan.
“Agar kekeringan tidak memukul sektor pertanian lebih parah lagi, harus ada teknologi tani yang memungkinkan tanamannya tetap hidup sekalipun terdampak kemarau panjang,” terangnya.
“Upaya modifikasi cuaca yang dilakukan pemerintah juga harus merata ke seluruh daerah yang membutuhkan. Harapannya saat hujan turun, masalah kekeringan sedikit demi sedikit dapat diatasi,” sambung Iwan.
Masyarakat di daerah terdampak kekeringan banyak yang menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka seperti air minum, sanitasi, dan kebersihan. Iwan menyebut, kekeringan pun dapat mempengaruhi kesehatan melalui peningkatan risiko penyakit akibat sanitasi yang buruk dan penyebaran penyakit terkait air.
“Belum lagi dampak psikologis karena stres akibat ketidakpastian pasokan air, maupun kurangnya bahan pangan seperti yang terjadi di Papua Tengah. Karena mereka mengandalkan dari hasil tanam untuk konsumsi makanan sehari-harinya,” jelas legislator dari Sulawesi Selatan itu.
Lebih jauh, Iwan menyebut penurunan produksi pangan akibat kekeringan tak hanya terjadi di Papua saja tapi juga di sejumlah daerah lainnya. Di antaranya di Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, di mana debit air sejumlah embung yang menjadi sumber air bersih warga di daerah itu mulai menipis seiring masuknya musim kemarau.
“Sebagian petani di Maros juga tak lagi merawat tanaman padinya karena mengalami puso akibat terdampak kekeringan saat musim kemarau. Ini menjadi contoh dampak kekeringan yang akan berpengaruh pada ketahanan pangan,” ucap Iwan.
Iwan juga mendorong pemerintah agar memperbanyak program food estate di berbagai wilayah terpencil di Indonesia seperti yang sedang dilakukan oleh pemerintah di Papua.
“Intervensi Pemerintah terkait lumbung pangan di daerah-daerah tertentu bisa mengantisipasi kelaparan yang masih menghantui masyarakat di beberapa daerah, yang diperparah dengan kemarau yang berkepanjangan,” ungkapnya.
Iwan pun mengapresiasi keseriusan pemerintah akan program food estate di Bumi Cendrawasih yang mendorong masyarakat lokal untuk mulai dengan menanam padi, jagung, hingga sawit. Apalagi Pemerintah juga akan membangun gudang logistik untuk meng-cover tiga distrik di Papua Tengah yang kerap mengalami bencana kelaparan.
“Belum memadainya infrastruktur jalan di Papua, terutama di wilayah pegunungan, masih terus menjadi pekerjaan rumah. Akibatnya bantuan sulit disalurkan dan biaya distribusi sangat mahal,” sebut Iwan.
“Jadi selain akses distribusi pangan, Pemerintah juga harus memastikan persoalan keamanan, khususnya di daerah-daerah rawan,” tutup Iwan.
Seperti diketahui, beberapa wilayah mulai terdampak kekeringan akibat musim kemarau yang masih terjadi di Indonesia. Seperti di Provinsi Papua Tengah di mana bencana kekeringan melanda Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak.
Kemudian sejumlah wilayah di Bogor, Jawa Barat, juga mengalami kekeringan hingga menyebabkan ribuan warga ikut terdampak. Kekeringan pun melanda wilayah Bondowoso, Jombang, dan Bojonegoro Jawa Timur, lalu Temanggung Jawa Tengah, serta Serang Banten. Akibatnya warga kesulitan air bersih.
BMKG menjelaskan sejumlah daerah yang akan terdampak cukup parah akibat El Nino yaitu Sumatera bagian tengah hingga selatan, Riau bagian selatan, Jambi, Lampung, Banten, hingga Jawa barat. Andi menilai permasalahan kekeringan ini harus cepat diatasi, apalagi bencana tersebut mengancam sektor pertanian nasional.
(eva/rfs)