Jakarta –
Salah satu oknum pegawai PT Kereta Api Indonesia (KAI) berinisial DE (28) ditangkap Densus 88 Antiteror Polri terkait kasus Teroris. PT KAI mengatakan akan memperketat proses penjaringan pegawai.
“Kita akan lakukan evaluasi lagi untuk makin meningkatkan pengetatan proses rekrut,” kata VP Public Relations KAI Joni Martinus, saat dihubungi, Selasa (15/8/2023).
Joni menjelaskan, ada beberapa seleksi dalam proses recruitment PT KAI. Seperti seleksi administrasi, kesehatan awal, psikologi, wawancara, dan seleksi akhir.
Pada tahap wawancara, PT KAI menggali beberapa hal terhadap calon pegawai. Salah satunya soal nasionalisme dan pancasila.
“Seleksi wawancara diantaranya pendalaman terkait keluarga, lingkungan, nasionalisme nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai Akhlak (amanah, kompeten, harmonis, adaptif, dan kolaborasi) serta pengetahuan tentang Pancasila serta radikalisme,” katanya.
Joni pun menerangkan, setelah calon pegawai lolos seleksi akhir, akan ada masa percobaan tiga bulan. Beberapa pelatihan harus dijalankan, termasuk pelatihan yang bekerja sama dengan TNI.
“Di mana dalam proses selanjutnya, para calon pekerja tersebut akan menjalani masa percobaan selama tiga bulan dengan mengikuti Pelatihan Basic Development Program bekerjasama dengan Pusdikhub TNI Cimahi dan menjalani program orientasi kerja,” katanya.
“Dalam Pelatihan Basic Development tersebut, salah satu yang diajarkan adalah mengenai nilai-nilai kebangsaan, cinta tanah air, bela negara dan nasionalisme,” katanya.
Berbaiat ISIS Sebelum Jadi Pegawai KAI
Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri menangkap karyawan KAI berinisial DE di Bekasi terkait dugaan radikalisme dan terorisme. Polri mengungkap bahwa DE berbaiat kepada Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sebelum bekerja sebagai karyawan PT KAI.
“Ya, jadi dari catatan tentang status karyawannya dia itu bergabung 2016 sebagai karyawan PT KAI,” ujar Juru Bicara Densus 88 antiteror Polri Kombes Aswin Siregar dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (15/8/2023).
Aswin mengatakan, pada 2010, DE pernah bergabung dengan jaringan Mujahidin Indonesia Barat (MIB) pimpinan WM yang sudah pernah ditangkap. Namun saat itu jemaah bubar dan pengikutnya tersebar.
Setelah jaringan WM bubar, DE berbaiat kepada amir ISIS Abu Al Husain Al Husaini Al Quraysi pada 2014 atau dua tahun sebelum dia menjadi karyawan PT KAI.
“Jadi setelah dia awal tadi pertama dia bergabung dengan MIB di Bandung menjadi jamaah di WM yang sudah ditangkap itu, kemudian 2014 dia menyatakan baiat tunduk kepada amir ISIS kemudian 2016 baru dia terdaftar sebagai karyawan PT KAI,” jelasnya.
(aik/dhn)