Jakarta –
Anak berusia belasan itu berdiri menghadap ke rekan-rekannya. Bola matanya melirik tepat ke sudut-sudut barisan yang ada di depannya. Sejurus kemudian, anak laki-laki itu menarik napas dalam dan cepat. Otot-otot lehernya mengencang saat suara lantang keluar dari mulutnya.
“Siap grak!” teriaknya.
Sementara itu, tidak jauh dari para barisan, tampak sepasang mata dengan jeli memperhatikan setiap gerakan dan sikap sempurna. Sesekali ia memberi instruksi dan mengoreksi gerakan, yang langsung disambut dengan anggukan dari para murid.
“Kalau langkahnya kayak gitu, kurang ya. Mau masuk nasional nggak?” tegurnya.
Kata-kata itu muncul dari mulut Rais Amin. ia adalah pelatih Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) yang sudah bertugas selama 8 tahun di SMA negeri nomor wahid di Kota Serang. Rais sendiri adalah alumni sekolah itu. Dahulu, Rais remaja juga anggota Paskibra. Selepas masa aktifnya, Rais tetap hadir sebagai guru pendamping bagi murid-murid yang tertarik dengan pendidikan baris-berbaris.
“Saya itu sebenarnya kelam ya, dulu itu. Pada saat. Saya 2013 itu nggak dapat yang namanya Paskibraka di kota, provinsi, maupun nasional, gitu. Tapi, di situ memang saya down. Tapi pada saat di situ pun, itu jadi bangkitnya saya gitu. Gimana caranya saya bisa majuin Paskibra Smansa nya. Ya, tidak di saya, tapi di adik-adik saya,” kenang Rais dalam Sosok detikcom, Senin (21/9).
Kerja keras Rais tak sia-sia. Di tangannya, anak didiknya kerap menyabet juara untuk berbagai Lomba Ketangkasan Baris-berbaris.
“Selain itu, motivasi saya, selain di LKBB-nya, di Paskibraka nya, ya kita juga menang di lomba. Alhamdulillah di Jakarta, kalau bisa dibilang sih, apa ya, ‘Pembunuh’ Serang, dibilangnya,” aku Rais.
Tak berhenti di situ, kabar baik selanjutnya terjadi di tahun 2022. Kala itu, anak didik Rais, Putri Viona, berhasil menjadi Paskibraka.
Hal ini merupakan peristiwa bersejarah bagi SMAN 1 Kota Serang. Setelah 12 gagal, perwakilan sekolah tempat Rais melatih kembali terpilih menjadi pasukan pengibar bendera pusaka di Istana Negara.
“Proses Viona itu panjang sekali. Lawannya itu 900-an, itu dari kota, setelah itu provinsi, 80-an. Dan langsung ke nasional, dua dari provinsinya. Viona lolos, setelah 12 tahun berlalu, bisa memasukkan kembali ke nasional untuk SMAN 1 Kota Serang. Saya sangat bahagia dan bangga, pastinya,” kata Rais.
Rais turut bangga atas pencapaian Viona. Meski demikian, ia tak menampik, kesuksesan Viona membawa kegelisahan baru baginya. Viona adalah tolok ukur baru keberhasilannya dimana tahun ini Rais belum berhasil meloloskan anak didiknya kembali merumput ke Istana Negara.
“Ya, sekolah juga inginnya kita ada nasional kembali. Tapi, mungkin belum rejekinya juga sih. Untuk tahun ini kita hanya di provinsi, empat orang saja. Untuk yang di kotanya, sekitar 6,” jelas Rais.
Bagi Rais, membentuk calon Paskibraka memang bukan persoalan mudah. Meski demikian, Rais menguatkan hatinya. Rais berprinsip, ia akan menggembleng Paskibra terbaik dalam versi murid-muridnya masing-masing.
“Motivasi yang saya berikan kepada anak-anak, satunya, jangan acuannya untuk menjadi Paskibraka kota, provinsi, ataupun nasional. Jadilah Paskibra sekolah terutama. Karena kita majukan sekolah dulu, baru majukan yang di luar,” tegas Rais.
(nel/vys)