Jakarta –
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam lawatannya ke Afrika menyerukan agar dunia mendengarkan suara negara-negara di Global South. Pihak Istana Kepresidenan pun mengungkap alasan Jokowi terus menggemakan hal itu.
“Akar sejarah hubungan Indonesia dan negara-negara Afrika sangat kokoh sejak KAA tahun 1955 dan Gerakan Non-Blok tahun 1961. Spirit Bandung harus terus diperkuat melalui solidaritas dan kolaborasi antar negara-negara Global South,” kata Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, kepada wartawan, Selasa (22/8/2023) malam.
Sebagai informasi, istilah Global South digunakan untuk merujuk negara-negara berkembang hingga kurang berkembang yang berada di kawasan Afrika, Asia (kecuali Jepang, Korea Selatan, Israel), Amerika Latin dan Oseania.
Bey menjelaskan negara-negara Global South mewakili 85 persen populasi dunia. Karena itu menurut Jokowi sudah seharusnya suara negara-negara tersebut didengarkan.
“Global South mewakili 85% populasi dunia, sehingga sudah seharusnya para aktor internasional mendengarkan suara dan kepentingan negara-negara tersebut, termasuk kesempatan untuk melakukan lompatan pembangunan,” ujarnya.
“Untuk itulah Bapak Presiden mengajak negara-negara berkembang dapat bekerjasama agar terjadi lompatan pembangunan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat di negara-negara tersebut,” lanjutnya.
Bey juga menjelaskan alasan Jokowi memilih Kenya, Tanzania, Mozambik, dan Afrika Selatan untuk dikunjungi. Bey mengungkapkan Jokowi hanya bisa mengunjungi empat negara di Afrika itu karena keterbatasan waktu.
“Perlu ditekankan bahwa semua negara di dunia, termasuk negara-negara di Afrika, memiliki kedudukan yang sama dan memiliki arti penting bagi Indonesia. Pemilihan beberapa negara tersebut karena keterbatasan waktu Bapak Presiden dan kesesuaian waktu kepala negara/kepala pemerintahan yang dikunjungi. Setelah menjajagi dan menyesuaikan waktu Bapak Presiden, hanya negara-negara inilah yang dapat dikunjungi,” papar dia.
Dalam kunjungannya ke Afrika ini, Jokowi sudah dua kali menyerukan pentingnya suara Global South untuk didengar. Jokowi mendengungkan kepentingan Global South itu di Kenya dan Tanzania.
“Suatu kehormatan bagi saya berkunjung ke Tanzania untuk pertama kalinya. Akar sejarah hubungan Indonesia dan negara-negara Afrika sangat kokoh sejak Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Dan Gerakan Non-Blok tahun 1951. Spirit Bandung harus kita pertebal untuk solidaritas dan kolaborasi antar negara-negara di global south, harus terus diperkokoh,” kata Jokowi dalam join statement bersama Presiden Tanzania yang disiarkan secara daring, Selasa (22/8).
“Global south berisikan 85 persen populasi dunia, sehingga seharusnya dunia mendengarkan suara dan kepentingan negara-negara di global south termasuk hak untuk melakukan lompatan pembangunan,” imbuhnya.
(mae/aik)