Jakarta –
Heboh soal fenomena api berputar seperti tornado api yang terjadi di tengah kebakaran di kawasan Gunung Bromo. Fenomena tornado api itu membuat kebakaran di kawasan Bromo yang dipicu api flare prewedding pengunjung itu menggila.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena itu dengan istilah fire whirl atau pusaran api. BMKG pun memberikan keterangan lebih lanjut tentang fenomena pusaran api atau fire whirl yang disebut memang jarang terjadi namun cukup membahayakan.
“Fenomena yang terjadi di wilayah Bromo dan cukup viral dimana terlihat ada pusaran api saat terjadi kebakaran lahan itu dinamakan fire whirl,” kata Plt Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani kepada wartawan, Senin (11/9/2023).
Apa Itu Fenomena Fire Whirl?
Plt Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani menjelaskan, fire whirl adalah salah satu fenomena meteorologi yang jarang terjadi, namun cukup membahayakan atau merusak dan sulit diprediksi kejadiannya. Kemunculan fire whirl berbentuk seperti pusaran api dan asap serta mirip dengan tornado kecil.
“Fire whirl merupakan salah satu fenomena meteorologi yang jarang terjadi namun cukup membahayakan atau merusak dan sulit diprediksi kejadiannya, kemunculan fire whirl ini berbentuk seperti pusaran api dan asap serta mirip dengan tornado kecil,” papar Andri.
Penyebab Terjadinya Fire Whirl
Secara umum, Andri menjelaskan, fenomena fire whirl terjadi didahului kebakaran atau adanya api besar, lalu diikuti dengan beberapa kondisi. Salah satunya seperti dalam kondisi panas ekstrem.
“Fire whirl umumnya didahului dengan terjadinya kebakaran atau adanya api besar yang memicu peningkatan suhu udara secara spontan. Proses pembakaran menghasilkan udara panas yang naik secara cepat,” ujarnya.
Kondisi lain yang penyebab fire whirl yakni ketidakstabilan atmosfer. Andri menyebut, atmosfer yang labil memungkinkan terjadinya proses pengangkatan udara panas atau api besar menjadi naik.
“Yang kemudian menyebabkan penurunan tekanan di permukaan, sehingga udara dingin di sekitarnya tertarik untuk mengisi ruang kosong yang terbentuk,” ujarnya.
Kemudian kecepatan angin yang kencang, kata Andri, juga menjadi pemicu pergerakan api. Kecepatan angin dapat dipicu faktor cuaca ataupun kebakaran itu sendiri.
“Kecepatan angin yang kencang ini dapat terjadi dari kebakaran itu sendiri maupun dari faktor cuaca di sekitarnya. Perbedaan suhu pun akan menciptakan gradien tekanan udara yang nantinya akan memperkuat perputaran,” ucapnya.
Andri mengatakan, berbagai kondisi tersebut dapat menyebabkan api kebakaran naik dan berputar sehingga membentuk kolom udara yang nampak seperti tornado. Dia menilai hal ini menyulitkan proses pemadaman.
“Kombinasi dari kondisi ini, udara panas dari sumber kebakaran dapat naik dan berputar membentuk kolom udara hingga ke ketinggian tertentu dan dapat menyebar secara cepat dan luas sehingga akan menyulitkan proses pemadaman,” ucapnya.
Sebelumnya, fenomena tornado api atau fire whirl di tengah kebakaran di Bromo itu dibenarkan oleh Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Fenomena itu sebenarnya biasa terjadi di wilayah savana. Hanya, lantaran ada kebakaran, api yang menjalar kawasan savana ikut berputar dan terangkat naik.
“Memang kemarin (Minggu) pada saat kebakaran di savana terjadi angin cukup besar. Hal ini terjadi saat hari sedang panas dan kering, saat musim kemarau bentuknya seperti pusaran,” jelas Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS Septi Eka Wardhani, dilansir detikJatim, Senin (11/9/2023).
“Dalam kondisi normal, fenomena tersebut merupakan fenomena alam yang kadang terjadi di kawasan lautan pasir. Kebetulan angin besar kemarin tepat berputar di titik api kebakaran,” lanjutnya.
(wia/imk)