Jakarta –
Eks kader PSI Viani Limardi bergabung Gerindra dan mendukung Ketum Gerindra Prabowo Subianto maju sebagai capres di Pilpres 2024. Menurutnya, Prabowo bukan figur yang diskriminatif.
“Jadi kenapa saya masuk Gerindra? Bukan kenapa saya memilih Prabowo, kenapa saya masuk Gerindra? Karena saya memutuskan bahwa yang terbaik untuk 2024-2029 Indonesia adalah Pak Prabowo,” kata Viani Limardi dalam acara diskusi Komunitas ‘Hopeng Prabowo’ di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (28/9/2023).
Viani yakin Prabowo tak akan rasis dan diskriminatif. Dia mengungkit Prabowo kerap mendiami daerah-daerah dan mampu beradaptasi.
“Saya pernah juga tinggal di Amerika, saya pernah tinggal di China, saya merasakan, pada waktu saya tinggal di suatu negara tumbuhlah apa, tumbuhlah rasa simpati, rasa sayang terhadap tempat-tempat yang pernah menjadi persinggahan atau tempat tinggal saya, sehingga secara logika menurut saya, Pak Prabowo pernah tinggal di situ dan bertumbuh di situ bisa menguasai bahasa setempat, kira-kira orang ini akan menjadi rasis nggak? Orang ini akan menjadi diskriminatif nggak? Nggak akan menurut saya, itu secara logika psikologi,” ujarnya.
Viani menilai adanya pandangan Prabowo berseberangan dengan para aktivis merupakan pandangan tak masuk akal. Dia mengatakan Prabowo merupakan sosok yang pertama kali mendirikan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
“Pak Prabowo yang mendirikan pertama kali LSM di Indonesia, itu pergerakan apa, pergerakan aktivisme. Pergerakan apa, pergerakan masyarakat, sehingga muncullah hari ini. Semua aktivis, relawan, ya itu asalnya yang pertama kali yang membawa dan membentuk adalah Pak Prabowo di Indonesia. Sehingga menurut saya jika ada orang-orang yang mengatakan, ‘Wah Pak Prabowo ini nggak bisa dah. Terhadap aktivis seperti ini, terhadap aktivis seperti itu’. Menurut saya nggak masuk akal,” ujarnya.
Kader Gerindra sekaligus anggota perhimpunan advokat Indonesia, Dedi Sutanto mengatakan capres harus memiliki strategi tak hanya pintar beretorika. Dia menyebut Prabowo merupakan bacapres paling tepat menggantikan Presiden Joko Widodo.
“Kalau ditanya terkait sosok pemimpin yang tepat untuk meneruskan selanjutnya perlu banyak aspek yang kita lihat karena dalam hitungan 5 bulan lagi Indonesia akan melakukan pesta demokrasi. Harus bener-bener dilihat pemimpin mana yang tegas, bukan hanya pintar beretorika, pemimpin mana yang bisa memiliki strategi karena sekali lagi kalau kita bicara terkait dengan value pemimpin ya itu berdasarkan banyak faktor yang harus kita lihat. Kalau saya melihat jelas kalau saya Pak Prabowo,” kata Dedi.
Dedi mengatakan Prabowo merupakan sosok pemimpin yang tulus untuk Indonesia. Menurutnya, Prabowo juga sudah lama mengabdikan diri untuk Indonesia.
“Karena saya melihat sosok Pak Prabowo ya beliau kalau kata Pak Habibie adalah orang yang paling tulus untuk Indonesia, saya melihat Pak Prabowo pemimpin yang udah lama dia mengabadikan dirinya untuk Indonesia. Menurut saya yang bisa melanjutkan kepemimpinan Pak Joko Widodo adalah Pak Prabowo lewat ketegasannya, dari strateginya, dan lainnya,” ujar anggota asosiasi hak kekayaan intelektual Indonesia itu.
Cendekiawan Buddhis Indonesia (KCBI), Eric Fernando mengatakan Prabowo juga memberikan ruang untuk kelompok minoritas. Dia menyebutkan hal itu terlihat dari organisasi sayap Partai Gerindra untuk kelompok minoritas.
“Tetapi yang saya pelajari dari leadership Pak Prabowo selama ini, Pak Prabowo itu satu-satunya Ketum partai politik yang membentuk wadah bagi kelompok minoritas, biasanya kan di parpol kan ada sayap-sayapnya ya, di Partai Gerindra itu satu-satunya partai yang punya sayap bagi mereka pemluk agama Hindu, Budha dan penganut kepercayaan,” kata Eric.
(fca/fca)