Jakarta –
Peternakan milik warga bernama Burhan di Cikoko, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, sempat dikeluhkan warga lantaran mencemari saluran air. Penanganan pencemaran terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Jakarta Selatan, termasuk pemasangan sistem biogas yang memanfaatkan limbah kotoran sapi. Kini, progresnya sudah mencapai setengah pekerjaan.
“Saat ini sudah 50%,” kata Wali Kota Jakarta Selatan, Munjirin, kepada detikcom, Senin (30/10/2023).
Pihak Pemkot Jaksel telah memasang satu dari dua biodigester. Biodigester adalah sistem yang mempercepat pembusukan bahan organik. Nantinya, biodigester inilah yang membentuk biogas.
“Biodigester sudah terpasang satu unit. Insyaallah akhir November selesai satu unit lagi,” kata Munjirin.
Dua biodigester ini punya fungsi berlainan. Satu biodigester difungsikan untuk mengolah limbah feses sapi yang padat, satu lagi biodigester yang lain difungsikan untuk mengolah urine sapi.
Tabung biogas di peternakan warga bernama Burhan, di Cikoko, Pancoran, Jaksel. (Dok Pemkot Jaksel)
|
Komponen biodigester itu berbentuk tabung biogas berukuran besar, tingginya mencapai dua kali lipat pria dewasa, warnanya biru. Tabung itu ditanam di dalam tanah, di peternakan milik Burhan.
Penanganan limbah dari peternakan ini bermula dari bulan tujuh. Juli lalu, ada warga Cikoko, Pancoran, Jaksel bernama Hasan Alhabsy yang komplain terhadap pencemaran lingkungan akibat limbah peternakan sapi Burhan. Penanganan dilakukan oleh Pemkot Jaksel dengan berkoordinasi ke pihak berkepentingan. Solusi jangka pendek telah selesai yakni pembangunan bak penampungan limbah sebanyak 5 unit.
Perkembangan selanjutnya, jumlah limbah yang mengalir ke got permukiman warga sudah berkurang, meski belum bisa dikatakan bersih total. Selanjutnya, pemasangan biogas dimulai dan masih dikerjakan sampai sekarang.
(dnu/dnu)