Bekasi –
Keluarga siswa kelas 6 sekolah dasar (SD) di Bekasi yang diduga di-sliding teman hingga berujung diamputasi, sempat dimediasi dengan pihak terduga pelaku anak. Namun, mediasi tersebut tidak menemukan titik terang.
Kuasa hukum korban, Mila Cheah, menganggap pihak sekolah dan keluarga pelaku lepas tangan. Pihak korban pun tak ingin membuka pintu mediasi.
“Mediasi tidak ada hasil. Sekolah dan keluarga diduga pelaku lepas tangan. Hanya menawarkan penggantian biaya Rp 200 ribu selama 10 kali pengobatan,” kata Mila kepada detikcom, Kamis (2/11/2023).
“Akhirnya ibu F sudah tidak mau lagi bermediasi dan tidak ada kabar apapun dari sekolah dan keluarga diduga pelaku. Dan pada saat mediasi pihak sekolah justru meninggalkan ruangan, jadi hanya ada ibu korban dan keluarga diduga pelaku,” tambanya.
Kasus ini pun telah dilaporkan ke Polres Metro Bekasi. Mila menegaskan pihak keluarga korban tidak akan mencabut laporan tersebut.
“Saya nyatakan sampai saya matipun saya tidak akan pernah mencabut kasus ini,” kata Milea.
Sesalkan Pernyataan Sekolah
Sementara itu, Mila Cheah menyesalkan pernyataan pihak sekolah yang menyebut pembullyan terhadap korban sebagai hal yang biasa. Seperti diketahui, kejadian penjegalan itu berada di area sekolah.
“Di sini saya menggarisbawahi dan menyayangkan atas semua pernyataan oleh wali kelas dan sekaligus wakil kepala sekolah di mana F (korban) bersekolah yang menyatakan bahwa perundungan dan pembullyan itu adalah hal biasa sekedar bercandaan dan tidak perlu di-hiperbola,” bebernya.
Ia pun meminta agar instansi terkait menindaklanjuti oknum guru yang menormalisasi bullying tersebut.
“Saya meminta kepada instansi-instansi terkait mohon ditindaklanjuti oknum-oknum guru yang memberikan statement-statement seperti itu yang menganggap bahwa bullying dan juga perundungan itu adalah hal yang biasa,” ujarnya.
Mila khawatir pernyataan guru menormalisasi bullying justru akan menimbulkan banyak korban bullying lainnya.
“Ketika seorang guru saja menyampaikan seperti itu artinya apa di luar sana nanti akan banyak lagi F yang lain,” katanya.
“Karena apa ya itu tadi, efek jeranya tidak disampaikan secara gamblang di publik. Gurunya saja menyampaikan ini adalah bercandaan biasa,” tambahnya.
“Ketika orang tua atau keluarga korban melaporkan kasusnya mandek. Ketika bersuara ada intimidasi nah itu banyak hal-hal seperti itu yang menyebabkan salah satu faktor kenapa sih bullying di Indonesia dan juga perundungan di Indonesia tidak pernah berhenti dan kasusnya semakin banyak,” paparnya.
detikcom telah mendatangi sekolah dan berupaya meminta tanggapan dari pihak sekolah terkait kejadian ini. Namun pihak sekolah belum bersedia dimintai tanggapan.
(mea/imk)