Polisi sedang menangani kasus penipuan tiket konser Coldplay di Jakarta. Jumlah korban penipuan kasus itu ratusan orang dan kemungkinan akan bertambah.
Awalnya, sebuah unggahan sedang tren di media sosial X, dulu Twitter, terkait aksi penipuan tiket konser Coldplay. Unggahan itu menuliskan bahwa seorang wanita berinisial GDA diduga menipu calon penonton dengan modus menjual tiket konser.
“Dear All costumer, dan customer saya pribadi, mohon maaf sebesar-besarnya atas kejadian yang menimpa kita semua hari ini. Saya menginfokan teman-teman semua bahwa ‘supplier’ kami Ghisca Debora Aritonang telah melakukan ‘scam’/penipuan terhadap kita dengan modus penjualan tiket konser ‘compliment’,” tulis tayangan yang diunggah dalam akun X tersebut.
Diketahui, Konser Coldplay dilangsungkan di Gelora Bung Karno (GBK) pada Rabu (15/11) malam. Para korban kemudian melaporkan dengan mendatangi Polres Metro Jakarta Selatan. Pada Rabu (15/11) siang hari, jumlah korban yang melapor sebanyak 73 orang.
“Iya 73 (orang), datang ke Polres cuman langsung kita tenangkan. Kita kan juga mikir bagus juga mereka datang ke Polres, kita kan takut di luar ada emosi atau apa,” kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat, Kompol Chandra Mata Rohansyah, kepada wartawan, Rabu (15/11/2023).
Chandra mengatakan korban mengaku membeli tiket dari pihak ketiga. Korban mengaku sudah membayar, tapi belum menerima tiket sehingga melapor ke polisi.
“Orang yang jual ini dia juga beli ke orang lain, udah transfer ke orang lain. Ini bukan penipuan tiket yang dapat tiket palsu, tapi dia beli nggak dapat tiket,” ujarnya.
Korban Ratusan Orang
Semakin banyak korban melaporkan kasus penipuan itu. Kini, ada ratusan korban dengan kerugian Rp 1,3 miliar.
“Saat ini masih dilakukan penyelidikan dan penyidikan, maupun upaya lainnya agar yang bersangkutan bisa mengembalikan uang tiket, apabila memang tidak dapat,” kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Polisi Susatyo Purnomo Condro dilansir Antara, Rabu (15/11/2023).
Polisi masih mendalami modus penipuan, termasuk menelaah lebih dalam terkait kerugian yang dialami sejumlah korban.
“Memang modusnya adalah masyarakat memesan kepada yang bersangkutan, kemudian dia berusaha mencarikan, namun sampai dengan hari-H ini belum ada tiket yang bisa diberikan kepada pemesan tersebut,” ujar Susatyo.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.