Jakarta –
Warga Desa Pulo Pineung, Aceh, menolak kedatangan pengungsi Rohingya karena dianggap merepotkan. MUI mendesak Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian untuk segera bicara dengan United Nations High Commisioner For Refugees (UNHCR).
“Menteri Dalam Negeri itu harus berbicara dengan pihak UNHCR dan PBB untuk segera menyelesaikan, untuk segera membawa mengurus pengungsi ini dikirim ke negara tujuan suaka politik di Australia misalkan,” ujar Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri, Sudarnoto Abdul Hakim kepada wartawan, Jumat (17/11/2023).
Menurutnya, permintaan ini sudah lama MUI sampaikan. Lalu solusi berikutnya adalah MUI telah berupaya mengontak anggota MUI-MUI di daerah yang banyak terdapat pengungsi Rohingya, salah satunya di Aceh.
Selanjutnya, MUI daerah bisa mewadahi atau memfasilitasi penghuni Rohingya untuk bicara langsung dengan pemerintah daerah.
“MUI bisa bersama sama dengan ormas-ormas dan ormas-ormas non agama untuk memberikan perhatian soal kemanusiaan tetapi sekaligus juga mereka bisa bicara dengan pemerintah lokal atau dengan DPRD untuk menyuarakan kepada pemerintah kalau ini dibiarkan akan menimbulkan problem sosial dan rawan jadinya,” lanjutnya.
Ditolak Warga
Sebelumnya, sebanyak 249 pengungsi Rohingya yang tiba menggunakan kapal kayu di Bireuen, Aceh, Kamis (16/11). Mereka ditolak warga.
“Kesimpulan bersama masyarakat menolak kehadiran Rohingya ke daratan. Warga tidak menerima,” kata Kepala Desa Pulo Pineung Mukhtaruddin, dilansir detikSumut.
Menurut Mukhtar, masyarakat menolak para pengungsi Rohingya tersebut karena merepotkan setelah tinggal di daratan. Hal itu dilihat warga dari pengungsi yang tiba di Desa Matang Pasi, Kecamatan Peudada, pada 16 Oktober lalu.
Sementara itu, polisi mengungkap masyarakat menolak kedatangan pengungsi Rohingya tersebut lantaran tidak ada tempat penampungan. Selain itu, para pengungsi sebelumnya yang melarikan diri dianggap tidak menjaga kebersihan.
(isa/idn)