Jakarta –
Ratusan pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh ditolak sejumlah warga di Aceh. Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy angkat bicara
“Saya belum melihat ada yang serius, baru letupan-letupan sifatnya terbatas,” kata Muhadjir usai menghadiri seminar “Bersama Cegah Silent Pandemic Resistansi Antimikroba” , Jakarta, Senin (20/11/2023)
Muhadjir mengatakan, pemerintah Indonesia masih terbuka dengan para pengungsi dari Rohingya “Tapi intinya kita sangat welcome, tapi memang juga harus dilayani dengan baik,” imbuhnya.
Meski begitu, Muhadjir menuturkan, pemerintah juga harus memerhatikan kesediaan warga untuk menerima pengungsi dari Rohingya. Ada banyak aspek yang menjadi pertimbangan.
“Tetapi harus memperhatikan ketersediaan dari warga untuk menerima yang bersangkutan. Karena ini kan berkaitan dengan masalah kehadiran sebuah entitas di suatu tempat yang itu tentu saja bukan sekedar orang, tapi juga budayanya perilakunya kemudian akomodasinya, kemudian itu harus dilihat dari sisi itu,” ujarnya.
“Saya mohon pemerintah daerah terutama provinsi Aceh dan kabupaten yang ketempatan supaya juga memerhatikan hal itu,” tambahnya.
Diketahui sebanyak 249 pengungsi Rohingya yang tiba menggunakan kapal kayu di Bireuen, Aceh, ditolak warga. Warga menolak pengungsi Rohingya karena dianggap merepotkan.
Kapal yang membawa pengungsi Rohingya itu tiba di bibir pantai Desa Pulo Pineung Meunasah Dua, Kecamatan Jangka Bireuen, Kamis (16/11/2023) Subuh. Mengetahui kedatangan pengungsi Rohingya lagi, masyarakat ramai-ramai mendatangi lokasi.
Sementara itu, polisi mengungkap masyarakat menolak kedatangan pengungsi Rohingya tersebut lantaran tidak ada tempat penampungan. Selain itu, para pengungsi sebelumnya yang melarikan diri dianggap tidak menjaga kebersihan.
“Para pengungsi yang melarikan diri tidak menjaga kebersihan dan tidak mengindahkan syariat Islam dan adat di kalangan masyarakat,” kata Kapolres Lhokseumawe AKBP Henki Ismanto dilansir detikSumut, Kamis (16/11/2023).
(isa/isa)