Jakarta –
Seorang siswa SMP di Bekasi Selatan, Kota Bekasi meninggal dunia usai terjatuh saat bermain kuda tomprok bersama teman-temannya di sekolah. Korban sempat mengeluh sakit sebelum berangkat sekolah.
“Betul. Informasi yang kita dapatkan dari keluarga, sebenarnya korban ini sebelum berangkat juga sudah mengeluh sakit dan awalnya tidak mau berangkat sekolah,” kata Kapolsek Bekasi Selatan Kompol Jupriono kepada wartawan, Selasa (21/11/2023).
Namun, orang tua korban tetap menyuruh korban berangkat sekolah. Korban juga bersemangat untuk berangkat sekolah meski dengan kondisi kurang sehat.
“Tetapi karena semangatnya yang luar biasa dengan kondisi agak kurang sehat, yang bersangkutan tetap berangkat ke sekolah. Iya, keinginan keluarganya supaya dia tetap berbakat ke sekolah,” ujarnya.
Sebagai informasi, kuda tomprok biasanya dimainkan dua kelompok. Ada kelompok yang menjadi seperti kuda dan ada yang menjadi penunggang.
Kelompok yang menjadi seperti kuda membungkuk membelakangi para anggota kelompok penunggang. Kepala hingga batas leher para anggota kelompok yang berperan menjadi seperti kuda biasanya dimasukkan ke antara pangkal paha rekan di depannya yang juga dalam posisi membungkuk.
Selain itu, ada satu anggota kelompok yang berdiri di depan sebagai penyangga anggota kelompoknya yang membungkuk atau menjadi seperti kuda. Sementara, kelompok yang menjadi penunggang akan melompat untuk menduduki punggung kelompok yang menjadi seperti kuda.
Polisi Pastikan tak Ada Unsur Pidana
Seorang siswa SMP tewas usai terjatuh saat bermain kuda tomprok di sekolah bersama teman-temannya. Polisi tak menemukan unsur pidana dalam kasus tersebut.
“Unsur sengajanya sulit kita dapatkan, karena saat kejadian sedang bermain mereka. Bukan sengaja ada yang mendorong dan sebagainya, tidak ada,” kata Kapolsek Bekasi Selatan Kompol Jupriono saat dihubungi, Senin (20/11).
Jupriono mengatakan tak ada unsur kesengajaan yang mengakibatkan kecelakaan dalam peristiwa itu. Dia mengatakan saat itu para siswa sedang bermain.
“Karena kalau orang dipidana harus ada dua sebab, sengaja atau lalai. Itu tidak ada. Sementara hasil penyelidikan kita belum ditemukan unsur sengaja atau lalai dari beberapa anak sekolah yang sama-sama main,” jelasnya.
(wnv/idn)