Jakarta –
Kabar dugaan pungutan liar (pungli) ASN di Boyolali, Jawa Tengah, yang dinarasikan untuk memenangkan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md viral di media sosial. Disebutkan dugaan pungli itu sudah diadukan ke KPK.
Dalam salah satu unggahan di media sosial yang viral, Rabu (22/11/2023), tampak dokumen yang menyebutkan bahwa hal itu sudah diterima Direktorat Pengaduan Masyarakat (Dumas) KPK pada 20 November 2023. Tampak pula cap basah berwarna biru bertuliskan ‘Diterima di KPK 20 Nov 2023′.
Perihal itu Kabag Pemberitaan KPK Ali Fikri menjawab singkat. “Nanti kami cek dulu,” ucap Ali.
Selain viral soal itu, beredar pula di media sosial rekaman video yang dinarasikan sebuah pertemuan Paguyuban ASN. Pertemuan itu disebutkan telah dibubarkan.
Sekretaris Daerah (Sekda) Boyolali, Wiwis Trisiwi Handayani, saat dimintai konfirmasi mengatakan terkait viral video tersebut bukan wewenangnya. Pihaknya menyerahkan ke Bawaslu untuk menindaklanjuti hal tersebur jika ada laporan.
“Itu bukan ranahnya kita. Kalau ada laporan teruskan saja ke pihak dalam hal ini mungkin Bawaslu. Seperti itu. Jadi kan ada tata caranya untuk penanganan itu,” kata Wiwis ditemui usai Rapat Koordinasi Forkopimda Kabupaten Boyolali dalam rangka kesiapan Pemilihan Umum 2024, menyambut Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 di Pendopo Ageng Pemkab Boyolali, dikutip dari Detikjateng Rabu (22/11).
Ditanya terkait narasi di media sosial paguyuban ASN di tingkat desa-desa yang dibubarkan, Wiwis mengemukakan, hal itu juga bukan dalam koridor pemerintah. Karena tidak pernah ada perintah dari Pemkab Boyolali dalam hal pembentukan paguyuban atau forum komunikasi ASN.
“Itu sebenarnya tidak ada dalam koridor pemerintah kita juga. Pak Bupati juga tidak pernah mendawuhke (memerintahkan) apa untuk menindaklanjuti. Nggak ada (perintah membentuk Paguyuban ASN). Itu kan masing-masing dari mereka, dia memiliki kreativitas. Nggak ada instruksi (membikin dan membubarkan). Pak Bupati nggak ada instruksi itu,” tegasnya.
PDIP Jateng Mendalami
Ketua DPD PDI Perjuangan (PDIP) Jawa Tengah, Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul, mengatakan pihaknya sudah bergerak mendalami munculnya video perempuan berseragam ASN Pemkab Boyolali yang mengaku mendapat arahan memenangkan Ganjar Pranowo dalam Pilpres 2024. Namun, hingga kini belum diketahui kebenaran video itu.
Ia menyebutkan ‘serangan udara’ lewat media sosial makin sulit dibedakan antara fakta atau hoaks. Selama itu belum jelas maka pihaknya belum bisa memberikan keterangan secara resmi.
“Serangan udara melalui TikTok, melalui video, melalui apapun sosmed. Pertanyaan pertama itu didesain atau fakta. Kita masih tanda tanya, kan? Kemarin ada salaman dengan ibu aja ada yang mendesain, betul? Artinya faktanya tidak begitu. Jadi ini desain atau fakta? Kalau fakta saya tanggapi. Kalau desain untuk mempersepsikan, di-framing ini itu, entar dulu deh,” kata Pacul di Panti Marhaen, Semarang, dikutip detikJateng, Minggu (19/11).
“Sosmed itu sekarang susah sekali untuk dideteksi bener tidaknya. Nanti kalau sudah benar fakta, baru tanggapi. Kalau bukan fakta, ditanggapi secara resmi berarti saya terjebak di dalam urusan belum pasti,” imbuhnya.
Pacul juga menegaskan sudah melakukan investigasi dan bertanya ke kader di Boyolali. Menurutnya jika video itu merupakan serangan terhadap PDIP, hal itu karena suara PDIP di Boyolali sangat kuat.
“Oh iya dong (investigasi). Kan sudah datang ke sana, saya tanya, mas itu siapa? Kita tanya, kui sopo pakai baju ASN, ono departemene, ‘tak takoni g enek sing ngaku ik mas’ (Saya tanya tidak ada yang mengaku itu mas), ‘wajahe ra ketok mas, dadi bener ora, ora ngerti mas’ (Wajahnya tidak kelihatan jadi itu bener atau tidak, tidak tahu mas). Lha koe nglakoni ngono ra? ‘Ora mas’ (Lha kamu melakukan itu tidak? Tidak mas) katanya. Berarti ini dobol-dobolan (bohong-bohongan),”ungkap Pacul.
(dhn/haf)