Jakarta –
Wakil Kepala Staff TNI Angkatan Udara (TNI AU), Marsekal Madya TNI Agustinus Gustaf Brugman, menyampaikan informasi terbaru mengenai kecelakaan pesawat Super Tucano di Pasuruan, Jawa Timur. Proses evakuasi pesawat Super Tucano membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan lamanya.
“Kemarin saya telepon kadislog Lanud Abdulrachman Saleh karena medan yang cukup susah,” ucapnya di Gedung Puri Ardhya Garini, Halim Perdana Kusumah, Jakarta, Kamis (23/11/2023).
“Kemungkinan gerakan selesai di kurang lebih sebulan baru bisa,” ujarnya.
Dia juga menyinggung VDR (Video Data Recoreder/perekam data video) yang telah diterbangkan ke Brazil untuk menambah bukti yang ada.
“Nah ini kan penyelidikan itu memerlukan bukti dari mereka itu, jadi salah satunya itu,” ujarnya.
Agustinus juga berkata proses evakuasi yang sulit pada kecelakaan pesawat Super Tucano disebabkan oleh medan yang curam dan berkabut.
“Jadi memang cukup susah evakuasinya, cukup curam. Jadi memang berkabut,” ujarnya.
“Karena medan yang susah ini sekarang lagi dipotong-potong, kirim ke atas. Tapi emang seminggu ini baru dapat yang sudah hancur lebur itu yang si yang 11 ya yang saya lupa nomor yang berapa itu bisa dimintakan terus nanti yang pesawat itu terpaksa harus dipotong-potong,” tambahnya.
Ia juga berharap VDR yang diterbangkan ke Brazil ini dapat membantu penyelidikan dengan lebih cepat lagi. “Mudah-mudahan dengan voice data recorder segala macam itu lebih banyak membantu,” tutupnya.
Sebelumnya, TNI Angkatan Udara (AU) melibatkan produsen dari Brazil untuk penyelidikan kecelakaan 2 pesawat Super Tucano. Penyelidikan ini untuk mengungkap isi dari perekam data penerbangan atau Voice and Data Recorder (DAVR).
Sebelumnya, dua elemen penting dari pesawat Super Tucano berhasil dievakuasi dan diamankan oleh TNI AU. Dua elemen berupa DAVR dan NCDC ini memiliki warna oranye.
(dnu/dnu)