Kuching –
Ada momen menarik saat Wakil Presiden Ma’ruf Amin menghadiri dialog kebangsaan dengan WNI di Sarawak, Malaysia. Ma’ruf bertemu dengan teman sewaktu mondok di pesantren puluhan tahun lalu.
Ma’ruf menyapa langsung temannya bernama KH Sam’un saat menyampaikan sambutan dalam dialog kebangsaan di Kuching, Malaysia, Rabu (29/11/2023). Ma’ruf mengatakan Sam’un merupakan teman satu kamarnya.
“Waktu masih muda lagi dulu bersama saya waktu pesantren satu kamar, satu kelas. Beliau lama di Kuching di sini dan beliau sekarang ada di Kuala Lumpur tapi dia hari ini datang ke Kuching supaya bisa bertemu dengan saya,” kata Ma’ruf.
Ma’ruf lantas meminta Sam’un berdiri. Ma’ruf juga berkelakar soal usianya yang sudah tua.
“Umurnya sama dengan saya, sama tuanya. Saya minta berdiri,” ujar Ma’ruf.
“Ditakdirkan umur masih panjang. Saya ini memang orang pesantren, jadi kalau bicara ada nilai-nilai pesantrennya,” sambung Ma’ruf.
Ditemui seusai acara, Sam’un menjelaskan awal mula dirinya bermukim di Sarawak. Dia ditugaskan ke Malaysia pada 1975 setelah belajar dari Libya.
“Saya waktu itu belajar di Mesir terus ke Libya, ada badan dakwah internasional di Libya dikirim ke seluruh dunia, terserahlah, jadi saya pilih ke Singapura, tapi saya dipindahkan ke Kuala Lumpur. Kuala Lumpur juga tidak lama terus saya diambil oleh istilah sini ketua menterilah, terus tugas di Malaysia, jadi ditugaskan di pendidikan ini untuk membentuk satu badan pendidikan yang belum ada,” ujar Sam’un.
Sam’un sudah lama tidak bertemu dengan Ma’ruf dan sengaja datang ke acara di Kuching untuk bertemu Ma’ruf. Dia mengaku terakhir kali bertemu Ma’ruf pada 1961 atau sekitar 62 tahun lalu.
“Sudah sekian tahun dari 1961, bayangkan 60 tahun lebih,” imbuh dia.
Sam’un mengatakan pertemuannya dengan Ma’ruf seperti mimpi. Ma’ruf juga masih mengenali Sam’un karena mereka satu kamar selama 3 tahun di pesantren.
“Macam mimpi, udah sekian tahun saking lamanya, bayangkan 60 tahun lebih,” kata dia.
Dia juga menceritakan kenangan saat mondok bersama Ma’ruf Amin. Ma’ruf disebut kerap menegur dan mengoreksi jika ada temannya yang salah membaca Al-Qur’an.
“Kadang-kadang kita ngaji kena tegur kan. Ya maklum orang belajar, ada yang kurang, ditegur. Artinya memang beliau itu ilmunya banyak. Salah-salah kena tegur. Teguran ini masih saya ingat,” ujar Ma’ruf.
(knv/haf)