Jakarta –
Banyak aktivis muda peduli lingkungan hidup turut menghadiri COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab. Seperti apa sikap dan harapan mereka terkait pelaksanaan COP28?
Konferensi para pihak konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim (Conference of the Parties 28, COP-28) digelar di Dubai Expo pada 30 November-12 Desember 2023.
Salah satu aktivis muda peduli lingkungan hidup, Dinda Saraswati (21) buka suara soal gelaran COP28. Mahasiswi semester 5 dari University of Edinburgh ini punya pandangan kritis terkait pelaksanaan COP27 tahun lalu di Sharm El Sheikh, Mesir.
“Dibanding dengan COP27, ini kan kita belum tahu outcome seperti apa. Tapi kalau kita lihat perbandingan dari COP27 ke COP26 bisa dibilang COP27 itu gagal karena COP26 menghasilkan Glasgow climate pack yang meng-obligate develop countries invest 100 bilion USD ke developing countries seperti Indonesia. Itu sebuah kemajuan. Mereka ini semacam mendukung kita dari kegagalan untuk mengikuti guideline dari paris agreement. Tapi membuat semacam komitmen baru yang sampai sekarang masih belum bisa direalisasikan,” kata Dinda kepada wartawan di arena COP28 Dubai, Jumat (1/12/2023).
“COP 27 itu semacam failure dikarenakan overshadowed by ukrainan embassion. Dan ini membuat negara-negara penghasil karbon lebih didengar karena ke-dependence terhadap mereka naik, dan rising any short of unsustainable naik, ketergantungan ke negara seperti UEA itu naik,” sambungnya.
Menyambut COP28 Dubai, Dinda melihat ada beberapa isu kontroversial. Dia banyak mendengar isu-isu dalam perjalanan ke Dubai.
“Kontroversi COP28 ini benar-benar discouraging. Sebelum OTE ke bandara menuju COP28, saya baru dapat bocoran dari media-media bahwa anggota delegasi UEA apalagi yang bersangkutan dengan presiden COP28 itu menyatakan sebenarnya mereka ini menggunakan forum ini untuk push (sesuatu) atas nama sustainable,” katanya.
Isu berikutnya menyangkut meat production. Seperti North American Meat Association Institute, Dinda menduga, bakal all in untuk COP ini.
“Mereka akan mengundang banyak delegasi, mereka bagian dari delegasi negara Amerika, Australia dan Brazil. Selama ini kan Brazil doang tapi all ini mengundang Amerika dan Australia. Jadi mereka ingin memotret meat sebagai sustainable source of nutrition,” ungkapnya menganalisis.
Dinda berharap setidaknya di COP28 pembahasan akan mengikuti Glasgow Pack kalau tidak bisa mengeksekusi Paris Agreement. Dia menyarankan Indonesia banyak memberikan contoh-contoh konkret dalam hal lingkungan hidup. Ia menceritakan bagaimana kampusnya sangat memperhatikan sustainability.
“Misalnya, aku menggunakan sustainable bus saat pergi ke kampus, aku pake sustainable resources untuk pergi ke kampus, hal-hal kecil seperti itu sih yang bisa aku endorse ke orang lain. Karena di Indonesia kan beda, organic atau sustainability source malah mahal, insentif nggak sama sekali,” katanya.
Dia juga punya harapan agar Presiden Jokowi yang sangat gencar membangun infrastruktur juga memperhatikan isu sustainability nya.
“Saya appreciate ke KLHK, di antara ratusan negara cuma Indonesia yang men-susmit updated NDC. Jadi terlihat ada kemajuan, sementara banyak negara lain tidak peduli,” pungkasnya.
(van/eva)