Jakarta –
Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo Slamet Abrijani Pangerapan menyoroti peristiwa Pemilu 2019. Slamet menyebut Pemilu 2019 menjadi pemilu yang paling tegang.
“Yang paling tegang dalam pekerjaan saya 2019 itu paling tegang. Tegangnya itu karena tadi ada impactnya karena ke fisik,” kata Slamet dalam diskusi di acara #DemiIndonesia Cerdas Memilih di Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Kamis (7/12/2023).
Slamet menuturkan saat itu pengerahan massa juga terjadi melalui ruang digital. Bahkan, kata dia, Kominfo sampai mematikan sebagian saluran internet untuk mencegah perpecahan semakin meluas.
“Jadi bukan hanya hoax tapi juga ada pengerahan massanya lewat ruang digital tadi disampaikan oleh Ketua Bawaslu, 2019 Mei, saya masih ingat kalau teman-teman masih ingat Mei kami dari Kominfo pernah mematikan, Anda susah mengirim gambar dan video, mengirim gambar ke YouTube mengirim gambar ke WA, ke Facebook,” ujarnya.
Pada 2019, kata dia, saat itu kondisi sudah sangat kacau, sehingga perlu untuk menstabilkan suasana. Maka, dia mengatakan Kominfo pun memilih tindakan untuk mematikan sebagian saluran internet.
“Ya itu tadi kami kejadiannya di ruang digital dan fisik ini sudah benar-benar chaos, untuk dalam chaos itu kita harus menstabilkan waktu itu, ada pilihan kami kalau kami tutup semua lebih gampang buat saya, tapi kan masyarakat tidak bisa berkomunikasi,” paparnya.
Sampai pada akhirnya, kata dia, Kominfo pun berusaha mempelajari impactnya. Menurutnya, masyarakat akan lebih mudah emosi ketika melihat gambar dan video.
“Kalau gambar itu kan screen, dari satu screen gini bisa menimbulkan emosi, atau video yang di framing, karena memang kota temukan juga video-video yang di framing itu. Jadi seolah-ah ada kejadiannya, ternyata nggak ada itu,” ungkap dia.
“Akhirnya kita dapat celahnya, yang kita tutup hanya itu, gambar dan video, itu pun kami analisa nggak boleh lebih dari 3 hari, psikologis ini. Abis itu kita jelaskan kenapa, 3 hari kita buka, itu paling tegang,” sambungnya.
Sejak kejadian itu, Slamet mengatakan saat ini pihaknya terus melakukan evaluasi setiap hari. Bahkan, kata Slamet, dalam satu hari koordinasi dilakukan lebih dari sekali.
“Kalau ingat depan Bawaslu itu bakar-bakaran, tembak-tembakan, orangnya meninggal sudah (nggak kehitung) itu paling tegang, setiap hari kita meeting koordinasi itu sehari lebih dari sekali,” tuturnya.
(idn/dhn)