Operasi pencarian dan penyelamatan atau search and rescue (SAR) terhadap puluhan pendaki Gunung Marapi, Sumatera Barat (Sumbar) telah ditutup. Total ada 75 orang korban erupsi Gunung Marapi yang ditemukan tim SAR.
Sementara penghentian pencarian ini juga didukung tidak adanya laporan terbaru pihak keluarga tentang keluarganya menjadi korban erupsi Gunung Marapi, namun posko pengaduan masih dibuka di Bukittinggi. Terkait peristiwa erupsi Gunung Marapi dengan puluhan korban pendaki, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta sistem peringatan dini Gunung Marapi dievaluasi.
“Jadi memang kita sudah koordinasi juga dengan Pemerintah Provinsi Sumbar dan pemerintah kabupaten, paling utamanya penyelamatan nomor satu, evakuasi,” ucap Tito di Bali Nusa Dua Convention Center, Badung, Bali, Rabu (6/12/2023).
Foto: Mendagri Tito Karnavian. (dok. Kemendagri)
|
Menurut Tito, sejumlah evaluasi harus dilakukan terkait erupsi Gunung Marapi ini. Tito mengingatkan akan pengamanan dilakukan agar alat pemantau aktivitas Gunung Marapi tidak dicuri.
“Kemudian setelah itu melakukan evaluasi, mulai dari sistem peringatan dini, sistem peringatan dini tadi memang harus dipikirkan langkah-langkah. Untuk bagaimana peralatan tersebut tidak sampai dicuri, dijaga, kerja sama dengan kepolisian, dengan yang menjaga konservasi, polisi hutan di sana,” tutur Tito.
Tito mengingatkan pentingnya sistem peringatan dini bencana. Dia kemudian mencontohkan sistem peringatan dini di Sulawesi Barat.
“Dan kemudian memang dengan adanya sistem peringatan dini sebetulnya sudah yang dicontohkan di Sulawesi Barat, perlu dibuat drill, drill bila terjadi kejadian bencana, maka apa respons cepat yang harus dilakukan,” jelas Tito.
“Saya kira drill-drill seperti ini yang nanti akan kita sampaikan dalam Zoom Meeting hari Senin kepada seluruh kepala daerah untuk daerah masing-masing sesuai dengan potensi bencana daerah masing-masing melakukan drill,” sambung dia.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.