Bogor –
Puluhan warga Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor masih khawatir terjadinya gempa susulan, terutama di malan hari. Sedikitnya 79 warga memilih tidur di tenda pengungsian yang disediakan BNPB.
“Kalau total itu sesuai yang ada di daftar, sekitar 60 orang. Terus itu ada yang masuk kelompok rentan, itu lansia, bayi terus anak yang di bawah 5 tahun, jumlahnya 19,” kata koordinator warga pengungsi gempa Pamijahan, Rahman, ditemui di lokasi Minggu (10/12/2023).
Pantauan detikcom di tenda pengungsian nampak tenda berdiri di tengah tanah lapang di pinggir jalan Kampung Padajaya, Desa Purwabakti. Nampak dua tenda berukuran besar berwarna oranye dengan tulisan BNPB.
Di dalam tenda nampak berjajar beberapa tempat tidur lipat atau velbed. Di belakang tenda, nampak tiga unit toilet portable yang bisa digunakan warga untuk keperluan mandi dan kakus.
Rahman menyebut, warga pengungsi seluruhnya kembali ke rumahnya masing-masing pada siang hari. Akan tetapi, warga kembali ke pengungsian ketika sore hari untuk tidur di pengungsian pada malam hari.
“Kalau siang gini, warga pulang rumahnya masing-masing ya. Jadi pagi mereka pulang, nanti sore ke sini lagi, malam baru tidur di sini. Kan kalau pagi, ada yang kerja, ada yang ke kebun, nyari rumput buat ternak, nah nanti sore baru balik ke pengungsian,” kata Rahman.
“Jadi memang warga masih takut ya tidur di rumahnya, takut ada gempa susulan gede, terus kondisi lagi di rumah. Kalau pas kejadian cepat bangun, cepat ngungsi, takutnya kan lagi tidur pulas kaya kemarin,” imbuhnya.
Rahman menyebut, dapur umum juga disediakan untuk kepentingan warga pengungsi. Tim kesehatan juga selalu datang untuk cek kesehatan warga.
“Alhamdulillah ya kalau kondisi (warga) masih sehat semua. Tim kesehatan juga keliling kan ke sini cek kondisi warga. Kalau yang kurang itu selimut ya, makanya semalam banyak yang nekad balik ambil selimut,” kata Rahman.
Warga Kampung Padajembar, Desa Purwabakti Endah Ratnasari (28) mengaku tak berani tidur di rumahnya. Ia khawatir terjadi gempa susulan dan terlambat menyelamatkan diri.
“Kalau siang saya di sini, ini rumah orang tua saya, kalau saya tinggal sama suami dan anak di rumah bawah. Nanti malam mah balik lagi ke pengungsian, takut tidur di sini (di rumah). Kondisi rumah sudah retak-retak gini, takutnya ada gempa gede lagi,” kata Endah.
Endah mengaku belum tahu sampai kapan tidur di pengungsian. Ia mengaku merasa lebih aman berada di pengungsian jika malam hari.
“Ya belum tahu (sampai kapan mengungsi). Takutnya kita lagi di dalam rumah, terus nggak tahu ada gempa, sementara kondisi rumah begini. Tadi saja, biarpun kecil gempanya orang teriak semua supaya jangan ada di dalam rumah, masih ngeri,” imbuhnya.
Sebelumnya, gempa magnitudo 4,0 terjadi di Pamijahan, Bogor, Jawa Barat, Jumat (8/12) dini hari. Tidak ada korban jiwa maupun luka dalam kejadian itu, namun sebanyak 87 rumah mengalami rusak berat.
(sol/lir)