Jakarta –
Almarhum Artidjo Alkostar, hakim agung yang mengakhiri kiprahnya sebagai Anggota Dewan Pengawas (Dewas) KPK dikenal sebagai sosok yang berintegritas. Artidjo wafat pada 21 Februari 2021.
Sosok Artidjo dikenang oleh salah satu rekannya Suparman Marzuki, Ketua Komisi Yudisial 2013-2015. Hal ini terekam di salah satu video yang diunggah YouTube KPK RI di momen Hari Antikorupsi Sedunia 2023, Kamis (14/12/2023).
Suparman mengatakan integritas pada diri Artidjo tidak mudah diraih pejabat negara lainnya. Dia menyebut Artidjo merupakan pribadi yang besar di lembaga bantuan hukum di Yogyakarta.
“Memiliki integritas itu tidak seperti mudah membalik tangan atau seperti membangun Candi Borobudur, ndak, itu proses bagi seseorang. Dia lahir dari keluarga sederhana, besar dalam satu dunia pendidikan di Yogyakarta yang menempa dirinya, dan dia matang secara profesional sebagai lembaga, sebagai pembela umum di lembaga bantuan hukum Yogyakarta waktu itu,” ungkap Suparman.
“Saya kira perjalanan panjangnya menempa diri memiliki integritas itu menjadi modal besar bagi seorang Artidjo untuk mengemban amanah sebagai hakim agung,” tambahnya.
Artidjo Alkostar lahir pada 22 Mei 1948 di Situbondo, Jawa Timur. Diceritakan, Artidjo sejak kecil memang bercita-cita jadi penegak hukum, terutama menjadi polisi. Bahkan ia kerap menolak bermain dengan teman-temannya apabila ia diminta berperan menjadi pencuri
Selain itu, sosok Artdijo dikenang juga oleh Busyro Muqoddas, Ketua KPK periode 2010. Busyro ternyata berada di satu perkuliahan dengan Artidjo di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Busyro menyebut Artidjo sangat ambisius dalam mengejar pendidikannya. Bahkan persoalan ibadah, Artdijo juga disebut sangat tekun.
“Saya berada dalam satu kampus fakultas hukum UII di Yogyakarta. Selama pergaulan dalam kampus itu ada beberapa hal yang bisa saya sampaikan, pertama pada aspek ketekunan kuliah, mendaki ilmu, itu sangat serius sangat tekun, dan berpikirnya mendalam,” kata Busyro.
“Yang kedua pada intensitas ritual, salatnya, saya tidak pernah melihat sosok Artidjo itu kalau salat wajib, salat fardu itu tidak pernah tidak diikuti dengan salat sunah setelah salat wajib, itu dilakukan. Dan zikirnya itu juga cukup waktu itu. Lalu yang ketiga dia sosok yang menggambarkan memiliki keterpanggilan dalam persoalan-persoalan kemanusiaan sehingga tiga unsur tadi membikin sosok artidjo itu saya simpulkan sosok yang memiliki satu kepribadian yang integritas,” sambungnya.
Busyro pernah menjabat sebagai Direktur LBH Yogyakarta. Dia menilai kejujuran Artidjo masuk dalam kategori luar biasa.
“Dalam misi pembelaan sosok Artidjo memiliki sikap yang jujur, sikap yang kejujurannya itu bukan individual tapi juga Kejujuran di bidang ilmu dan itu mempengaruhi konstruksi berpikir, berpikir hukum yang tidak pernah lepas dari berpikir dari dimensi-dimensi lain terutama waktu itu yang dimensi politik, mengapa politik karena waktu itu politiknya politik otoriter, sangat otoriter, sehingga mempengaruhi produk-produk hukum apalagi mempengaruhi penegakan hukum,” katanya.
Busryo Muqoddas saat di Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
|
Dalam video yang diunggah itu, KPK juga sempat menyelipkan kalimat yang diucapkan Artidjo. Artidjo menyebut soal pentingnya ikhlas dalam bekerja.
“Bekerja itu ikhlas saja, Jadi kalau ikhlas itu anggota tubuh kita ini menjadi nutrisi kesehatan, tapi kalau bekerja tidak ikhlas itu akan menjadi racun dalam tubuh kita. Jadi itu tergantung kepada niatnya ya,” kata Artidjo dalam rekaman suara.
Dalam semasa kariernya, Artidjo dikenal sebagai sosok hakim yang tak main-main dalam menjatuhkan hukuman kepada koruptor. Baginya, korupsi itu kejahatan luar biasa atau extra ordinary crime. Koruptor itu katanya, mencuri harta negara dan memiskinkan rakyat.
(azh/dnu)