JAKARTA – Rio Dewanto memperkenalkan film terbarunya bertajuk 13 Bom di Jakarta. Dalam film besutan sutradara Angga Dwimas Sasongko itu, Rio Dewanto didapuk memerankan karakter Arok, pemimpin kelompok terorisme yang siap meledakkan bom di 13 titik yang tersebar di penjuru Jakarta.
Film bergenre aksi-spionase ini nantinya akan menyuguhkan beragam teror, kejar-kejaran mobil, hujan peluru, ledakan, dan aksi laga.
Tentu bukan hal mudah bagi Rio Dewanto untuk menghidupkan karakter Arok. Perjuangannya tak main-main lantaran harus mengakrabkan diri dengan senjata serta hidup sebagai sosok yang manipulatif.
Berbeda dengan karakter lain yang mendalami peran di sesi workshop serta belajar langsung dengan beberapa ahlinya, Rio Dewanto tentu tak bisa belajar langsung dari teroris.
Sehingga, dia mempelajarinya dari karakter yang menginspirasi sosok Arok sendiri dimana terinspirasi dari sosok subcomandante Marcos, Ketua Zapatista di Meksiko, gerakan kiri yang menentang pemerintahan . Selain itu, Rio juga membaca informasi lebih mendalam mengenai terorisme melalui artikel.
Sehingga, Rio mengaku cukup sulit untuk melepaskan karakter Arok dengan sifat manipulatifnya itu. Karakter Arok terlalu melekat dalam dirinya.
“Ya itu mungkin karena berbulan-bulan mempelajari karakter itu, hidup di dalam dirinya dia. Gue jadi manusia yang manipulatif banget,” ujar Rio Dewanto saat dijumpai di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Rio memahami betul jika pendalaman karakter yang terlalu kuat justru akan membuat penonton terkesima lantaran terlihat tak seperti sedang berakting. Tapi bagi aktornya, hal ini dapat membuatnya sulit untuk kembali menjadi dirinya sendiri. Hal ini pun biasa terjadi di industri perfilman.
“Gak cuma di Indonesia aja, Bahkan di luar pun kayak gitu, keluar dari karakter agak susah,” sambungnya.
Beruntung, Rio Dewanto dan seluruh pemain didampingi oleh pelatih akting Rukman Rosadi yang juga terlibat dalam film ini. Kehadiran pria yang akrab disapa Rosa itu membantu para pemain untuk lebih mudah untuk mendalami karakter dan juga melepaskannya. Sesederhana gestur tubuh saja selalu diperhatikan oleh Rosa yang ternyata dapat mempengaruhi seseorang untuk dapat kembali ke jati dirinya.
“Tapi di sini didampingi dengan metodenya Om Rosa (Rukman Rosadi) ngejaga banget untuk setiap pemain sih. Dia ngajarin gimana masuk dan keluar dari karakter, untuk kembali jadi diri sendiri,” pungkasnya.
Lebih jauh mengenai keterlibatannya di film ini, peran Arok pun menjadi sebuah pencapaian baru yang bagi Rio Dewanto di dunia seni peran. Dia merasa tertantang untuk memerankan karakter yang terlibat dalam sebuah peristiwa besar yang bukan hanya menciptakan huru-hara dan kengerian melainkan menjadi pelajaran berharga bagi yang melihatnya.
“Gue nggak pernah ngebayangin bisa mainin karakter ini. Gue pun udah lama gak dapat film yang menantang gue untuk menciptakan suatu karakter dan ceritanya pun bukan sekadar action yang besar tapi ada pesan yang ingin kita pengen sampaikan ke masyarakat,” ujar Rio Dewanto.
Film produksi Visinema Pictures ini berfokus pada Jakarta yang dikenal sebagai kota metropolitan dengan segala hingar bingarnya, seketika menjadi berubah menjadi kota yang penuh kengerian dan suasana yang mencekam.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya