SEORANG wanita bernama Jacqui Kunz dinobatkan sebagai turis paling berani di dunia karena langsung mengunjungi Afghanistan setelah Taliban meruntuhkan pemerintah yang didukung negara Barat. Dia juga mendatangi beberapa negara konflik lain seperti Sudan dan Irak.
Turis asal New York, Amerika Serikat itu diganjar penghargaan Most Intrepid Traveller atau wisatawan paling berani di dunia oleh Nomad Mania. Situs penjelajah global berbasis di Yunani tersebut juga memberikan penghargaan ke beberapa petualang ekstrem lainnya.
Komunitas pelancong ekstrem penuh dengan para penjelajah dunia yang gigih dan ingin melihat seberapa jauh mereka bisa menjelajah, berapa banyak negara yang bisa mereka kunjungi, atau seberapa besar tantangan yang bisa mereka hadapi saat berhasil keluar dari sana.
Di antara mereka yang paling terkenal adalah Harry Mitsidis, yang menduduki peringkat teratas sebagai orang yang paling sering bepergian di dunia. Kemudian Gunnar Garfors, yang telah mengunjungi setiap negara dua kali. Lalu, Jacqui Kunz yang resmi dinobatkan sebagai ‘Most Intrepid Traveller’ oleh NomadMania.
BACA JUGA:
Melansir dari Mirror, Jumat (22/12/2023), Jacqui pergi meninggalkan New York menuju Sudan pada 2015. Menurutnya itu keputusan
impulsif setelah mengalami hari yang sangat buruk di tempat kerja. Jacqui menemukan dirinya dalam serangkaian situasi yang sangat tidak menentu dan berada di tengah-tengah peristiwa global yang secara naluriah membuat orang lebih memilih untuk menjauh.
Wanita berusia 32 tahun ini tidak berniat untuk tinggal di Khartoum, Sudan lebih dari enam bulan, meski negara itu sudah dianggapnya sebagai rumah.
Meskipun Khartoum sering mengalami pemadaman listrik bergilir dan suhu 45 derajat Celcius selama musim panas, Jacqui tetap betah di sana karena orang-orang di kota itu sangat ramah.
Kemudian saat terjadi perang saudara di Sudan yang memaksa 3,3 juta orang mengungsi, Jacqui sedang berada di luar negeri. Apesnya, apartemen tempatnya tinggal diambil pihak bertikai.
BACA JUGA:
“Milisi memberi mereka waktu hanya 10 menit untuk mengambil semua barang dan pergi,” tuturnya.
Jacqui kemudian memutuskan untuk pergi ke Afghanistan saat pemerintah boneka Barat diruntuhkan Taliban. Padahal saat itu kondisi di Afghanistan sangat genting. Peralihan kekuasaan tersebut membuat banyak orang kabur ke luar negeri.
Tapi, Jacqui masih merasa terlalu dekat dengan seorang anggota Taliban yang disukainya.
“Saya sedang naik bus ke Kandahar, dan di sebuah titik pemeriksaan, Taliban naik dan menyuruh semua orang untuk duduk sehingga mereka bisa duduk. Mereka semua membawa senjata. Saya mengenakan niqab lengkap sehingga saya bisa berbaur dengan baik, selama saya tidak berbicara,” kata Jacqui.
Setelah Afghanistan, Jacqui mengunjungi Irak dan mengaku mendapatkan sambutan hangatnya di sana. “Ada banyak pos pemeriksaan di Irak, tetapi mereka sangat ramah. Mereka meminta untuk berfoto selfie dengan Anda dan sangat senang melihat wanita asing,” lanjut Jacqui.
BACA JUGA:
Perjalanan Jacqui ke Afghanistan belakangan ini bahkan telah memberikannya inspirasi untuk menyesuaikan pekerjaan pendidikannya di Sudan, dengan fokus membantu perempuan dan anak perempuan di Afghanistan untuk mendapatkan akses pendidikan.
“Saya mungkin akan pergi ke Republik Demokratik Kongo dalam beberapa minggu. Memang sulit untuk mendapatkan visa, tapi saya ingin melakukan perjalanan di Sungai Kongo. Saya sangat bersemangat,” ujar Jacqui.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya
(sal)