Jakarta –
Perayaan Natal identik dengan pohon cemara atau yang kini disebut pohon Natal. Salah satu tradisi umat menyambut Natal adalah menghias pohon Natal dengan berbagai dekorasi, seperti lonceng hingga lampu warna-warni supaya lebih menarik.
Pohon Natal selalu menjadi bagian penting pada setiap perayaan Natal. Simak informasi tentang filosofi pohon Natal berikut ini.
Mengutip dari situs History, tanaman dan pepohonan hijau memiliki arti khusus bagi manusia di musim dingin. Sama halnya dengan perayaan Natal hingga sekarang, dulu orang-orang mendekorasi rumah mereka dengan pohon pinus atau pohon cemara, bahkan menggantungkan dahan hijau di pintu dan jendela. Di banyak negara, pohon cemara dipercaya dapat mengusir penyihir, hantu, roh jahat, dan penyakit.
Adapun Bangsa Romawi awal menandai titik balik matahari dengan pesta yang disebut Saturnalia untuk menghormati Saturnus, dewa pertanian. Bangsa Romawi tahu bahwa titik balik matahari menandakan pertanian dan kebun akan segera menjadi hijau dan subur. Untuk memperingati peristiwa ini, mereka menghiasi rumah dan kuil mereka dengan dahan yang selalu hijau.
Selain itu, sebelum dijadikan pohon Natal, penggunaan pohon cemara dan karangan bunga biasanya untuk melambangkan kehidupan abadi bagi orang Mesir kuno, Cina, dan Ibrani.
Ilustrasi pohon Natal (Foto: AP/Evan Vucci)
|
Asal-usul Pohon Natal Modern
Dikutip dari situs Britannica, Jerman dianggap sebagai negara yang memulai tradisi pohon Natal. Pada abad ke-16, orang-orang Jerman membawa pohon ke rumah mereka dan menghiasnya dengan tanaman hijau.
Selain itu, mereka juga menggantungkan wafer di atasnya (melambangkan hosti ekaristi, tanda penebusan umat Kristiani), yang dalam tradisi selanjutnya, wafer diganti dengan kue-kue dengan berbagai bentuk. Ada juga hiasan lilin yang melambangkan Kristus sebagai terang dunia.
Selain pohon Natal, ada ‘Piramida Natal’, konstruksi kayu berbentuk segitiga yang memiliki rak untuk menyimpan patung-patung Natal dan dihiasi dengan tanaman hijau, lilin, dan bintang. Pada abad ke-16, piramida Natal dan pohon cemara telah menyatu menjadi pohon Natal.
Pohon Natal modern muncul di Jerman barat selama abad ke-16. Saat itu, orang Kristen membawa pohon ke rumah mereka dan menghiasinya dengan roti jahe, kacang, dan apel.
Pada abad ke-17, hiasan pohon Natal semakin beragam dengan tambahan hiasan daun emas di atasnya. Pohon Natal juga mulai digunakan di festival dan istana kerajaan besar.
Kebiasaan tersebut kemudian menjadi populer di kalangan bangsawan dan menyebar ke istana kerajaan di seluruh Eropa pada awal abad ke-19. Saat orang Jerman beremigrasi ke belahan dunia lain, tradisi menghias pohon Natal juga menyebar ke seluruh dunia.
Pohon Natal Mulai Populer di Inggris dan Amerika
Dikutip dari situs Britannica, pohon Natal diperkenalkan di Inggris pada tahun 1840-an hingga 1850-an oleh Ratu Victoria dan Semenjak saat itu, setiap rumah Inggris memiliki pohon Natal yang dihiasi dengan dekorasi dan permen.
Pada tahun 1846, muncul sketsa Ratu Victoria dan Pangeran Albert yang dibuat oleh Illustrated London News. Dalam sketsa tersebut, Ratu Victoria dan Pangeran Albert terlihat berdiri bersama anak-anak di sekitar pohon Natal.
Ratu Victoria sangat populer di kalangan rakyatnya sehingga apapun yang dilakukannya di istana segera menjadi tren. Kemudian, tren pohon Natal menyebar di Inggris hingga Amerika Pantai Timur.
Semenjak populer di Inggris, orang Amerika mulai mengadopsi pohon Natal sebagai bagian penting dalam perayaan Natal. Popularitas pohon Natal pun terus meningkat di sekitar Amerika Serikat.
(kny/imk)