Jakarta –
Usia Melinda baru 11 tahun saat ia memutuskan untuk berlatih olahraga angkat besi di 6221 Academy. Ia terkesima melihat teman-temannya berlatih angkat besi di sebuah sasana sederhana di dekat rumahnya itu. Setelah memantapkan hati, Melinda pun mengirim pesan lewat Instagram kepada sang pemilik sasana.
“Kak, boleh nggak, aku ikut latihan?” tanya Melinda di pesan tersebut.
Dua tahun berselang, kini Melinda telah bermetamorfosis menjadi atlet andalan 6221 Academy. Menginjak usia 13 tahun, Melinda telah menoreh prestasi di sejumlah kejuaraan angkat besi. Ia menyabet emas di Pekan Olahraga Provinsi Banten, dan perak di Kejuaraan Nasional Sentul. Prestasi Melinda memang selaras dengan cita-citanya, yaitu menjadi atlet angkat besi profesional.
“(Saya) ingin juara, dan ingin jadi anak yang sukses dan juga ingin jadi atlet Indonesia,” tutur Melinda di program Sosok detikcom.
Kesuksesan Melinda tak bisa lepas dari peran sang pelatih sekaligus pemilik sasana, Deni. Ia adalah mantan atlet angkat besi nasional itu telah menyumbang banyak prestasi untuk Indonesia, di antaranya adalah tiga medali SEA Games tahun 2013, 2017, dan 2019.
Selepas pensiun, Deni membuka 6221 Academy untuk melatih anak-anak Desa Jagabita, Parung Panjang, Bogor, menjadi bibit-bibit atlet angkat besi nasional seperti dirinya. Sejak 2021, akademi angkat besi besutan Deni telah melatih 25 calon atlet yang terdiri dari anak-anak berusia 10-15 tahun.
Cita-cita untuk melahirkan atlet berkualitas dari kampung masa kecilnya, mendorong Deni untuk membuka 6221 Academy. Namun, untuk menggapai cita-cita ini, Deni mesti mengarungi berbagai rintangan. Misalnya, soal terbatasnya fasilitas.
“Saya waktu itu equipment cukup buat saya aja. Dan akhirnya pakai PVC, semen, ember, cor-coran seperti itu lah. Akhirnya saya coba berkoordinasi dengan beberapa brand di Indonesia, di equipment. Dan mereka berbaik hati, mereka mau kirimkan alat. Dan akhirnya ya, sampai sekarang lah, ada. Jadi, boleh dibilang, banyak yang men-support kami. Syukur Alhamdulillah,” terang Deni.
Tak hanya itu, ada kalanya Deni dihadapkan dengan situasi yang membuatnya terpojok. Terkadang, orang tua atlet binaan Deni salah paham dengan aliran dana hasil prestasi anak-anaknya. Alhasil, Deni kerap jadi kambing hitam.
“Ada juga belum lama,ya sedikit singgungan lah sama orang tua atlet. Atlet ini juara, kan namanya proses pengajuan bonus itu kan nggak seminggu, dua minggu. Memakan waktu. Dapat omongan, ‘Bonus udah keluar tuh. Dipakai ngebangun.’ Aduh,” tutur Deni.
Selain berkutat dengan hambatan di masa kini, ada kalanya Deni juga ‘dihantui’ kekhawatiran di masa depan. Dua puluh tahun di dunia angkat besi, Deni tahu betul bahwa butuh kesabaran dan waktu untuk meraup hasil dari kerja kerasnya. Hal inilah yang mungkin akan sulit dipahami oleh keluarga atlet-atlet binaannya.
“Saat mungkin, Aamiin, ada yang ‘jadi’ di sini, go international, tapi mereka harus dibebankan di umur, misalkan 25. Saya menitipkan, ‘Jangan dulu nikah!’ orang tuanya seperti apa? Di lingkungan seperti ini? Itu mungkin jadi PR saya sama istri,” jelas Deni.
“Ya, ‘lingkungan seperti ini’ tuh ya kasarnya masih di pedesaan, Kak. Jadi kalau pedesaan itu kan kasarnya, perempuan 20-an kan kebanyakan di sini mayoritas tuh SMA udah pada nikah. Atau SMP lah. Kalau untuk jadi atlet, berarti kan saya tekankan, 20-25 itu golden age. Kalau misalkan saya, ‘Oke jangan dulu nikah!’ nah itu nanti yang akan terjadi. Lumayan dilema,” lanjutnya.
Meski tantangan menanti, Deni berusaha tak berkecil hati. Di tangannya, ia bentuk bibit-bibit atlet angkat besi masa depan. Salah satunya adalah Melinda, yang kesuksesannya telah mampu menyokong perekonomian keluarga.
“Saya butuh tombak di klub ini untuk boleh dibilang memperkenalkan, kami ada di sini.’ Dan dia (Melinda) yang paling menonjol. Jadi, saya rekomendasikan dia untuk ikut kejuaraan Porprov Banten. Dan memang itu sudah jadi rezekinya dia, dia dapat medali emas. Dan akhirnya dia di sana bisa menghasilkan, bisa beli motor sendiri. Anak SD,” tutur Deni.
Berkat dedikasi Deni, ia mampu menularkan semangat kepada anak-anak didiknya. Melinda menuturkan, ia ingin menjadi atlet seperti pelatihnya itu.
“(Aku ingin seperti) Coach Deni sih, Coach Deni orangnya baik, disiplin, aku pengin kayak Coach Deni,” kata Melinda.
Deni tak memungkiri, menjadi atlet amat jauh dari kata mudah. Meski demikian, Deni mengaku hidupnya terbantu oleh angkat besi. Oleh karena itu, tak pernah putus ia mengharapkan hal yang serupa untuk anak-anak didik di sasana besutannya itu.
“Kalau cita-cita saya sih paling, mereka bisa dapat penghidupan yang lebih baik. Seperti yang saya alami sekarang. Saya merasa, hidup saya lebih baik, ya karena angkat besi,” tandas Deni.
(nel/vys)