Jakarta –
Nenek Solati tetap semangat berjualan kerupuk. Di usianya yang hampir seabad, Nenek Solati meniti langkah menjual kerupuk.
“Kerupuk… Kerupuk…,” kata Nenek Solati.
Suaranya terdengar lirih saat menawarkan dagangannya. Meski lemah, langkah kaki Nenek Solati terus meniti jalanan demi mengumpulkan uang untuk menyambung hidupnya.
Nenek Solati sudah tinggal sebatang kara. Tak ada sosok yang bisa diandalkannya lagi. Dia sudah hidup sebatang kara setelah suaminya meninggal 15 tahun lalu.
Oleh karena itu, kini setiap hari dia menjual kerupuk kulit seharga Rp 15-20 ribu di sekitaran Stasiun Tebet. Sebelumnya, nenek berjualan kacang, manisan pala, dan kedawung bersama suaminya serta sudah lama tinggal di sebuah kontrakan di daerah Pancoran Barat sejak 10 tahun lalu.
“Sudah nggak bisa bikin apa-apa bikin berat, harga Rp 15 ribu, jual Rp 20 (ribu), yang gede Rp 50 ribu, yang gede itu Rp 50 ribu. Jam 5 (atau) jam 4 pulang, sehabisnya saja. Kalau jam 2 habis, pulang. Jam 3 habis, pulang. Gitu, nggak tentu rezeki Allah yang ngasih ada yang sampai magrib,” jelas Nenek Solati kepada tim berbuatbaik.id.
Dalam sehari Nenek mampu mendapatkan penghasilan hingga Rp 100 ribu. Walaupun masih terasa kurang namun dia pantang berutang.
Nenek Solati (Foto: berbuatbaik)
|
“Nggak pernah ngutang sama orang, takut! Biarin makan pake garam, nggak mau ngutang-ngutang, ngutang takut di akhirat,” ungkap Nenek Solati bijak.
Berjualan di tempat yang ramai ini, Nenek Solati sering menghadapi banyak kendala, termasuk didatangi petugas Satpol PP DKI Jakarta. Beruntung dagangan Nenek Solati tidak diambil dengan alasan iba.
“Sama saya nggak bilang apa-apa, nggak, malah ngomongnya pelan sama saya, halus. Di mana-mana nggak ada kasar-kasar gitu sama saya, (karena saya) sudah tua kali ya ha-ha-ha, nenek-nenek kali,” ceritanya.
Walaupun kerap menghadapi banyak kemalangan, Nenek Solati enggan berhenti berdagang. Bahkan Nenek bertekad selama masih ada umur dia pantang meminta, lebih baik berusaha.
“Ya sampai hayat, ha-ha-ha, kalau hayatnya sudah habis ya udah habis, nggak dagang dah umurnya nggak ada. Kalau umurnya masih ada ya masih dagang, biarin deh jatuh-jatuh. Kemarin jatuh di Condet di taman itu, ya Allah untung saja ada yang nolong,” lanjutnya.
Warga sekitar Nenek Solati juga masih banyak yang membantunya menghadapi beratnya hidup. Salah satunya pemilik kontrakan, Heny Hastuti, yang sudah mengenal Nenek Solati sejak masih remaja.
Keluarga Heny pun memberikan wasiat khusus agar Nenek Solati tidak dinaikkan biaya sewa agar bisa menempati hingga akhir hayatnya.
Bantuan sering datang juga dari teman-teman pengajian Nenek Solati. Walaupun Nenek berusia senja namun keinginannya untuk terus mengaji tetap membara.
“Ya enak saja, lapang dada, sambil belajar yang di sini khatam Al-Qur’an, ada yang Yasin 3 kali, ya tenang nggak gelisah nggak ngeluh-ngeluh biar nggak punya apa apa, nggak ngeluh nggak punya kepikiran,” ungkapnya bersyukur.
#sahabatbaik, Nenek Solati memberikan hikmah hidup untuk tidak menyerah dan berpegang selalu pada ketentuan Ilahi.
Alangkah baiknya, jika kita bisa turut membantu beban Nenek Solati dengan mulai Donasi sekarang juga. Melalui berbuatbaik.id, donasi kamu tersalurkan sempurna 100%.
Simak Video ‘Donasi untuk Sesama Lewat berbuatbaik.id, 100% Disalurkan ke Penerima’:
(jbr/imk)