Jakarta –
PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) mengungkapkan alasan mengapa pihaknya mengubah sejumlah nama halte TransJ. Alasan ini diungkap setelah pergantian nama halte disorot masyarakat dan DPRD DKI Jakarta.
“Jadi pertimbangan pertama adalah tentunya dari segi layanan. Supaya pelanggan kita mendapatkan informasi dan kurasi informasi. Kenapa ini terjadi? Karena sebetulnya dalam perjalanan kita ini banyak aspek yang terjadi perubahan nama halte terkait dengan integrasi,” kata Direktur Pelayanan dan Bisnis Transjakarta, Fadly Hasan, di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (16/1/2024).
“Misalnya, kita sebut halte BNN. Sekarang sudah terintegrasi dengan stasiun LRT Cawang. Itu sebabnya namanya kita ubah jadi Cawang. Dengan Cikoko, itu juga sama disebutkan karena ada integrasi. Ada sekian halte yang berubah karena adanya aspek integrasi itu,” sambungnya.
Selain itu Fadly menjelaskan akurasi penamaan dengan halte dengan nama daerah juga menjadi alasan.
“Contohnya misal, flyover Jatinegara dengan Stasiun Jatinegara, itu sebenarnya satu halte, atas dan bawah. Itu sebabnya kita samakan namanya. Jadi sebetulnya ada aspek-aspek itu,” ujarnya.
“Ketiga itu terkait netralisasi misalnya ada nama-nama tokoh kemudian area komersial dan lain-lain. sehingga ketika ke depan kita ingin melakukan pemanfaatan halte maka tidak ada potensi terjadi tuntutan dari pihak ketiga,” imbuhnya.
Dengan begitu, pihaknya akan terus mensosialisasikan perubahan nama-nama halte itu kepada pelanggan Transjakarta. Fadly mengatakan Transjakarta juga sudah melibatkan banyak pihak dan komunitas dalam perubahan nama-nama tersebut.
“Kita memang terus melakukan sosialisasi ini, kita menyadari 1,1 juta pelanggan kami pasti ada yang belum tersosialisasi. Kita terus melakukan usaha sosialisasi baik melalui media online, roadshow terhadap komunitas dan lembaga. Banyak pihak yang kami ajak ngobrol, sebelum kami memutuskan perubahan ini kami sudah melibatkan banyak komunitas, banyak langkah-langkah yang ditempuh,” tuturnya.
Sementara itu, Fadly juga bicara soal hak penamaan (naming rights) halte. Ditargetkan pada akhir tahun ini, akan bertambah penjualan untuk hak penamaan beberapa halte. Fadly mengungkapkan, hingga saat ini baru ada satu halte TransJakarta yang menggunakan naming right.
“Naming right Itu hal baru di kita dan kita sudah berhasil satu. Kalau kita lihat di Bundaran HI, itu sudah dengan Astra. Jadi namanya Bundaran HI Astra. Itu salah satu bentuk naming rights,” katanya.
Ia mengaku akan terus berusaha yang terbaik perihal naming right. Namun pihaknya tak memiliki target dalam pembuatan hak penamaan itu.
“Masih banyak lagi yang akan kita kejar terkait naming rights, supaya apa yang kita dapat sebagai transportasi publik, ini kita kembalikan dalam rangka memberikan pelayanan terbaik. Jadi bukan buat perusahaan cari untung banyak, karena kita juga bagian dari BUMD dan pemprov DKI,” pungkasnya.
(bel/dnu)