JAKARTA – Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengungkapkan situasi nikel sejak April 2023 hingga saat ini. Harga nikel telah mengalami penurunan dan pelaku industri nikel telah sangat terdampak.
Sekretaris Jenderal APNI, Meidy Katrin Lengkey, menyatakan bahwa tidak hanya Indonesia, bahkan negara lain seperti Australia juga mengalami penutupan beberapa tambang mereka.
“Dalam hal ini, Puji Tuhan Indonesia masih cukup bertahan dengan kondisi nikel yang terjadi untuk harga nikel yang semakin drop lagi,” kata Meidy.
Menurut APNI, salah satu faktor yang menyebabkan harga nikel dunia turun sejak tahun lalu adalah adanya oversupply nikel dari Indonesia.
isi lain kita bangga dengan keberhasilan downstream nikel di Indonesia, terlalu over, terlalu berhasil terlalu sukses, bahkan melebihi kapasitas,” ungkap Meidy.
Berdasarkan data dari Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), saat ini terdapat 81 pabrik yang telah melakukan kegiatan produksi nikel. Hal ini berarti bahwa pabrik-pabrik tersebut telah menggunakan bijih nikel Indonesia dan menghasilkan nikel olahan.
Bahkan sudah ada 4 pabrik dari 81 pabrik tersebut yang sudah mengolah hidrometalurgi menjadi MHP, salah satu bahan baku atau material baterai nantinya, yaitu nikel, mangan, kobalt.
Terkait dengan produksi nikel nasional oversupply, Meidy menilai karena keseksian nikel saat ini hanya sedang berkurang.
“Karena dampak tidak balance nya oversupply nikel dunia, salah satunya oversupply nikel Indonesia yang kalau saya sampaikan seluruh nikel olahan dari Indonesia masih dikirim ke negara China,” jelasnya.
Menurut data APNI, kondisi ekonomi di China mengalami penurunan yang signifikan, mirip dengan penurunan harga nikel.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya