Lasem –
Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin berkelakar tentang kiai gerhana. Ma’ruf menyebut kiai itu tak mendapatkan sinar karena tidak menjalankan perjuangan dan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Hal itu disampaikan Ma’ruf saat menghadiri Haul ke-52 KH Ma’shum Ahmad di Pondok Pesantren Kauman Lasem, Jawa Tengah, Sabtu (27/1/2024). Ma’ruf mulanya berbicara tentang orang yang dilebihkan ilmunya oleh Allah.
“Orang alim itu memang dilebihkan oleh Allah, ‘kelebihan orang alim dengan orang ahli ibadah kayak kelebihannya bulan purnama dengan bintang-bintang’. Sama-sama ada sinarnya, bintang ada sinarnya cuma kecil, itu orang ahli ibadah yang tidak alim,” kata Ma’ruf di hadapan para kiai dan santri.
Ma’ruf menyebut orang alim itu diibaratkan seperti bulan purnama. Dia akan memberikan sinar ke mana-mana.
“Tapi kalau alim yang diumpamakan sebagai bulan purnama, artinya sinarnya luas kan. Jadi Mbah Ma’shum itu dia memberi sinar ke mana-mana, luas sekali, sinarnya besar, manfaatnya besar, itulah kelebihan orang alim itu, jadi bukan hanya dirinya sendiri, bukan hanya lingkungannya, tetapi juga…” jelas Ma’ruf.
Menurut Ma’ruf, orang alim tidak memiliki sumber sinar dari dirinya sendiri. Sebab, sinar itu datang dari Rasulullah.
“Walaupun sebenarnya orang alim itu tidak punya sinar pribadi, nggak punya, nggak punya, sinarnya dari mana? Dari Rasulullah SAW, sinar Rasulullah yang nyampai ke dia kemudian dia ikut tersinari, kayak bulan, bulan itu nggak punya sinar, yang punya sinar itu matahari,” katanya
“Punya sinar itu matahari, cuman matahari ini memberi sinar ke bulan kemudian bulan memancarkan kalau tidak terhalang. Buktinya apa? Kalau terhalang oleh bumi bulan nggak ada sinarnya, itu namanya apa? bulan kena gerhana, karena memang dia nggak punya sinar,” imbuhnya.
Ma’ruf mengatakan Rasulullah ibaratkan matahari yang memberikan sinar. Dia menyebut sinar itu akan diberikan ke ulama jika tidak terhalang.
“Ulama juga tidak punya sinar tapi dapat dari Rasulullah, kenapa? Yang punya Rasulullah ‘engkaulah matahari yang memberikan sinar ke mana-mana’ ulama dapat sinar, kalau dia dapat sinar kalau tidak terhalang,” kata dia.
Barulah kemudian Ma’ruf berkelakar tentang kiai gerhana. Menurutnya, kiai itu tidak mendapatkan sinar karena menyimpang serta tidak menjalankan ajaran dan perjuangan Rasulullah.
“Kalau terhalang karena dia menyimpang nggak dapat sinar, nah ini namanya kiai gerhana, jadi kiai juga ada yang kena gerhana hilang sinarnya, hilang sinarnya karena terhalang, karena dia tidak menjalankan khittah-khittah Rasulullah SAW,” jelasnya.
Ma’ruf kemudian mencontohkan ulama yang memancarkan sinar itu adalah KH Ma’shum Ahmad. Dia menyebut KH Ma’shum ibaratkan bulan yang menerangi.
“Kenapa beliau bersinar terus? Karena beliau mendapatkan sinar dari Rasullah. Mereka adalah bulan yang menerangi. Mbah Ma’shum adalah bulan yang patut kita contoh,” kata dia.
Ma’ruf kemudian menyinggung perbedaan orang yang punya ilmu dan tidak punya ilmu. Menurutnya orang yang berilmu memiliki pegangan hidup.
“Allah mengatakan ‘apa orang yang punya ilmu dengan tidak punya ilmu, sama apa tidak?’ tidak, tidak sama, orang nggak punya ilmu tidak punya pegangan, orang ilmu punya (pegangan), tetapi tidak semua orang punya ilmu ilmunya bermanfaat. Oleh karena Allah mengatakan ‘hanya yang bisa mengambil pelajaran itu adalah yang punya akal yang bersih, sehat’, itu yang bisa mengambil pelajaran dari ilmu itu,” pungkasnya.
(lir/whn)