ARTIFICIAL intelligence (AI) adalah sebuah keniscayaan yang suka atau tidak, cepat atau lambat, penggunaanya akan semakin masuk dan mengambil peran, tugas-tugas yang biasa dilakukan oleh manusia. Bagaimana tidak, mulai dari maraknya ChatGPT, yang marak digunakan media, hingga presenter AI, telah menjadi santapan sehari-hari masyarakat, sehingga memunculkan kekhawatiran dan pertanyan “Akankah di suatu saat peran manusia benar-benar tergantikan oleh Teknologi bahkan kesemuanya diambil-alih oleh robot-robot cerdas semacam ini?”
Pertanyaan ini tidak bisa disalahkan karena meski sampai saat ini AI masih dikatakan belum memiliki emosi, namun sedikit banyak telah muncul konsep humanoid (gabungan manusia dengan robot) yang sedikit demi sedikit bisa menggunakan algoritma bernuansa emosional tersebut.
Jika dahulu AI atau robot ini masih terlihat “letterlijk” alias kaku sesuai dengan apa-apa program yang diisikan ke dalamnya, mendatang mereka sudah akan benar-benar bisa belajar jauh lebih humanis dibandingkan dengan AI atau robot-robot masa awal. Sehingga, meski manusia menjadi lebih dimudahkan di era Society 5.0, namun era disrupsi teknologi ini pasti menimbulkan Ancaman bagi sebagian masyarakat, terutama yang gagap terhadap kecanggihan tersebut
Oleh karena itu apakah kita -sebagai insan manusia yang dibekali kemampuan untuk berpikir oleh Tuhan yang Maha Kuasa, akan “menyerah” begitu saja seperti pada film terminator yang akhirnya bumi dikuasai makhluk-mahluk yang semula buatan manusia sendiri? Tentu saja tidak. Meski harus diakui bahwa sangat banyak sisi positif penggunaan AI atau robot ini di masa depan, namun sisi negatifnya jangan dilupakan. apalagi memeng ada orang-orang yang sengaja mau memanfaatkannya untuk tujuan tersebut, misalnya penyalahgunaan AI untuk politik.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya
Jadi media atau instansi tertentu harus memanfaatkan secara maksimal semua variabel yg bisa digunakan untuk mendorong Organizational Citizenship Behavior) untuk menjadi solusi menjawab tantangan AI.
OCB merupakan konsep yang menekankan pada perilaku ekstra individu di dalam organisasi. OCB meliputi perilaku-perilaku seperti membantu rekan kerja, memegang tugas yang tidak tercantum dalam deskripsi pekerjaan, dan mempromosikan suasana kerja yang positif. Perilaku ini tidak diwajibkan oleh deskripsi pekerjaan atau aturan organisasi, tetapi bertujuan untuk mempromosikan suasana kerja yang positif dan membantu organisasi mencapai tujuannya.
OCB memiliki dampak positif pada hasil organisasi, seperti kinerja, produktivitas, dan moral karyawan. Dengan kata lain, faktor humanis disinilah yang dikedepankan sebagai keunggulan manusia terhadap maraknya Teknologi AI atau robot.
Beberapa faktor yang mempengaruhi OCB meliputi budaya organisasi, gaya kepemimpinan, dan kondisi kerja. Kepemimpinan dapat mempromosikan OCB melalui pemahaman, dukungan, dan pengembangan budaya organisasi.
Pengukuran dan penilaian OCB dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan survei yang dapat mengukur perilaku seperti membantu rekan kerja, menunjukkan loyalitas, dan mempromosikan suasana kerja positif. Hasil dari pengukuran ini dapat digunakan untuk mempromosikan perilaku positif dan memperkuat budaya organisasi. Jadi dengan memahami definisi dan konsep OCB, organisasi dapat mempromosikan perilaku-perilaku positif yang membantu mencapai tujuannya dan memperkuat budaya organisasi disebuah media atau institusi tersebut.
Ada beberapa dampak positif yg dapat diterima oleh organisasi dari perilaku OCB dari karyawannya, antara lain: Kinerja Organisasi, Moral Karyawan, Kepuasan Kerja, Lingkungan Kerja & Reputasi Organisasi. Jadi disini memang saya menekankan “perbedaan” sifat manusia dan mesin ini dapat menjadi peluang yang paling tepat saat ini utk menjawab Tantangan AI, meski tentu saja hal ini tidak bisa berlaku selamanya karena teknologi terus berkembang dan semakin canggih untuk benar2 mendekati, menyamai atau bahkan melebihi dari manusia itu sendiri, Wallahualam. Demikian juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi OCB dari Karyawan, antara lain adalah : Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan, Kondisi Kerja, Reward dan Sanksi, Konsep Diri dan Keterikatan Organisasi yang saling berbeda-beda.
Hal lain yg masih bisa membedakan antara manusia dan mesin disini termasuk adanya perbedaan budaya dalam dalam OCB, karena budaya memegang peran penting dalam OCB karyawan. Beberapa perbedaan Budaya tersebut adalah : Individualisme vs Kolektivisme, Masculinity vs Femininity, Individual Power Distance, Collectivism Power Distance.
Artinya masing2 perbedaan “khas manusia” ini yang justru dapat dimanfaatkan utk meningkatkan peran masyarakat dalam OCB perusahaan media atau Institusinya. Jadi disinilah saat ini yg harus dimanfaatkan, termasuk oleh pemerintah dalam hal membuat kebijakan atau peraturan-peraturan, misalnya BRIN yg menyusun Program Strategis Nasional 2022-2045 harus bisa melihat faktor-faktor perbedaan ini sebagai titik krusial untuk menjawab tantangan zaman agar Kebijakan yg diterbitkan nantinya tidak malah kontraproduktif dengan kemajuan jaman itu sendiri.
Kesimpulannya, OCB adalah perilaku ekstra yang dilakukan oleh karyawan yang tidak termasuk dalam tugas utama mereka, tetapi membantu meningkatkan hasil organisasi. Dalam hal ini tugas-tugas yang sementara belum dapat diambil-alih sepenuhnya oleh teknologi robot atau AI. OCB dapat mempengaruhi kesejahteraan karyawan, kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan banyak faktor lain yang mempengaruhi hasil organisasi. Kepemimpinan memainkan peran penting dalam mempromosikan OCB dan budaya organisasi mempengaruhi perilaku OCB karyawan.
Organisasi harus memahami pentingnya OCB dan berusaha untuk mempromosikan perilaku positif karyawan agar dapat mencapai hasil terbaik. Disinilah peran manusia masih benar-benar nyata dan memiliki marwah tersendiri utk tidak begitu saja menyerah dihadapan Teknologi AI, IoT (Internet of Thing) dan robot.
Penulis
Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes,
Pemerhati Telematika, Multimedia sekaligus AI dan OCB – Lulusan Prodi S3 IM-UNJ dgn Predikat ” Summa Cum Laude” 2024