Jakarta –
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menyerukan Uni Eropa (UE) menggunakan nurani untuk menghentikan kekejaman yang terjadi di Palestina. Retno mengajak agar ASEAN dan UE menjaga konsistensi menghormati hukum internasional demi mencegah yang perkasa mengambil semuanya.
Hal tersebut disampaikan Retno dalam acara AMM Retreat di Luang Prabang, Laos, pada 29 Januari 2024 lalu. Retno menyampaikan bahwa saat ini ASEAN sepakat melanjutkan pengarusutamaan AOIP di semua mekanisme ASEAN. UE adalah mitra penting bagi Indonesia dan juga bagi ASEAN dalam mewujudkan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera.
“Di akhir pernyataan saya menyampaikan bahwa ASEAN dan UE harus berada di garda depan dalam menjaga konsistensi menghormati hukum internasional guna mencegah the mighty takes all (yang perkasa mengambil semuanya). Hal ini termasuk di dalam isu Palestina di mana lebih dari 7 dekade bangsa Palestina terus menghadapi ketidakadilan,” kata Retno dalam Press Briefing dari Brussel, seperti dilihat Sabtu (3/2/2024).
Retno memastikan bahwa RI tak akan tinggal diam dan terus memperjuangkan bangsa Palestina hingga mendapatkan haknya. Karena itu, Retno lantas meminta agar UE konsisten dalam menegakkan hukum internasional.
“Saya menyerukan kepada UE untuk menggunakan nurani menghentikan kekejaman di Palestina. Sebagai pendukung hukum internasional, Uni Eropa harus konsisten dalam isu Palestina karena konsistensi antara nilai dan perbuatan menunjukkan moralitas kita yang sesungguhnya,” jelasnya.
Dalam pertemuan EU Indo-Pasific Ministerial Forum yang ke-3 pada 1 Februari 2024 lalu, Retno berbicara mengenai tantangan yang dihadapi dunia dari tahun ke tahun semakin besar, mulai dari perang di Ukraina, situasi Gaza, rivalitas kekuatan besar yang terus berlanjut, hingga kesenjangan kapasitas antar-negara yang menghambat pencapaian SDGs.
Retno memandang yang diperlukan dari forum ini ialah penguatan kolaborasi, kerja sama, dan kemitraan untuk memajukan kesejahteraan dan stabilitas di Indo-Pasifik.
“Saya sampaikan kita tidak ingin melihat kawasan Indo-Pasifik menjadi medan rivalitas. Yang kita inginkan adalah Indo-Pasifik sebagai pusat pertumbuhan,” ujarnya.
“Itulah mengapa ASEAN di bawah keketuaan Indonesia tahun lalu menjadikan kolaborasi di Indo-Pasifik sebagai prioritas, termasuk melalui penyelenggaraan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) dan memperkuat hubungan dengan Pacific Islands Forum (PIF) dan Indian Ocean Rim Association (IORA),” sambungnya.
Retno menyampaikan bahwa kerja sama di Indo-Pasifik harus inklusif, konkret, dan berpegang teguh pada hukum internasional dan paradigma kolaborasi. Prinsip-prinsip ini, kata dia, tertuang di AOIP sebagai panduan ASEAN dalam menavigasi dinamika di kawasan dan berinteraksi dengan mitranya dari luar kawasan.
(taa/dnu)