Jakarta –
Kombes Suharjimantoro diusulkan warga sebagai salah satu kandidat Hoegeng Awards 2024. Polisi yang kini menjabat Danmentarsis (Komandan Resimen Taruna Dan Siswa) Akademi Kepolisian (Akpol) itu dikenal sebagai polisi yang jujur dan tegak lurus pada aturan.
Usulan itu disampaikan oleh warga Kubu Raya, Kalimantan Barat, Tommy Hermansyah. Lewat form pengusulan Hoegeng Awards 2024, Tommy menyampaikan sosok Suharjimantoro merupakan salah satu polisi jujur yang masih ada di Indonesia.
Dia mengaku sudah mengenal Suharjimantoro sejak berpangkat Kompol. Menurut Tommy, Suharjimantoro lebih banyak merintis karier kepolisiannya di Kalbar, mulai dari jabatan Kapolres, Wadirkrimum hingga Dirkrimum Polda Kalbar.
Tommy menyebut kehidupan Suharjimantoro sejak dulu terbilang biasa-biasa saja. Bahkan, kata Tommy, hal itu tidak berubah sekalipun Suharjimantoro sudah menjabat sejumlah posisi penting di Polri.
“Keluar dari Kalbar meskipun sudah berpangkat Kombes dan pernah menjabat sebagai Dirkrimum, ternyata tetap miskin harta seperti saat awal masuk ke Kalbar. Ia miskin harta tapi hatinya kaya akan pengabdian kepada warga Kalbar termasuk saya,” demikian pernyataan yang disampaikan Tommy lewat form pengusulan Hoegeng Awards 2024.
detikcom kemudian menghubungi Tommy untuk menggali cerita tentang Suharjimantoro lebih lanjut. Tommy mengatakan Suharjimantoro merupakan polisi jujur yang tidak mau merekayasa kasus.
“Kasus di-86 atau apa beliau nggak pernah mau. Misalnya ada beliau menangani kasus nih ada yang mau minta bantu baik oknum pengusaha atau oknum lainnya, untuk ditemui pun dia tidak pernah mau. Jadi beliau tegak lurus sama aturan, sesuai dengan hukum yang berlaku,” kata Tommy saat dihubungi, Senin (5/2/2024).
Setelah berdinas di Kalbar, Suharjimantoro digeser ke Lembang untuk menjadi Widyaswara di Sespimmen Polri. Di tempat tersebut, Suharjimantoro juga disebut tak mau bermain mata untuk kepentingan tertentu.
“Alhamdulillah beliau juga bisa sampai sekarang ini, beliau saat ini ditempatkan di komandan resimen taruna di Akpol. Begitu juga pada saat beliau menjadi widyaswara di Sespim, itu beliau juga tidak pernah mau dibujuk oleh siswa atau taruna untuk ibaratnya bermain mata supaya ndak cape, nggak mau,” ujar Tommy.
Kendati demikian, Tommy mengatakan Suharjimantoro tetap menjaga hubungan silaturahmi dengannya. Meskipun sudah tidak berdinas lagi di Kalbar, Suharjimantoro tetap berkomunikasi baik dengan Tommy.
“Termasuk di sekarang di Akpol, juga sama beliau masih ngundang beliau masih silaturahmi, sering ngopi bareng bagaimana kita bersama-sama,” ujar dia.
Cerita tentang Istri Lahiran
Tommy juga menceritakan pengalamannya saat dibantu Suharjimantoro. Peristiwa ini terjadi pada 2013 silam saat istri Tommy hamil. Di saat yang bersamaan, istri Suharjimantoro juga hamil. Selisih usia kandungan kurang lebih sekitar dua bulan.
“Istri saya hamil 4 bulan, istri beliau 2 bulan,” ujar Tommy.
Singkat cerita, Suharjimantoro menabung demi mempersiapkan lahiran istrinya. Dia menyiapkan uang untuk operasi sesar karena anak pertamanya pun dilahirkan dengan proses sesar.
“Yang anak (Suharjimantoro) pertama sesar, anak kedua sesar biasanya, karena anak saya pertama normal, ya saya berharap normal,” ujar Tommy.
Namun ternyata istri Tommy yang harus melahirkan secara sesar. Saat itu, Suharjimantoro mengeluarkan uang dari tabungannya untuk membantu proses lahiran istri Tommy.
“Diberikan langsung untuk saya, jadi beliau ndak mikirkan istrinya dulu tapi mikirkan istri saya dulu Pak, jadi beliau datang bantu bawa makan segala macam dan juga berupa bantuan,” ujar Tommy.
Sekitar dua bulan berselang, Kapolri melakukan kunjungan kerja ke Kalbar. Suharjimantoro ditunjuk sebagai Kasatgas pengamanan untuk Kapolri di tengah kondisi istrinya akan melahirkan.
“Pas istri beliau hamil besar, saya diminta untuk mengantar istrinya ke rumah sakit, karena sudah mulai ada tanda-tanda kontraksi, jadi saya antar ke rumah sakit beliau masih terus mendampingi Kapolri,” tutur Tommy.
Begitu tiba di rumah sakit, istri Suharjimantoro langsung diperiksa dan tidak lama setelah itu melahirkan. Proses lahiran pun tidak dilakukan secara sesar. Tommy menganggap proses lahiran yang berjalan lancar itu merupakan balasan dari Tuhan atas kebaikan Suharjimantoro.
“Ya mungkin karena keikhlasan beliau, tahu-tahu pas sampai rumah sakit diperiksa nggak sampai sejam keluar pula bayi itu, nggak perlu operasi sesar, itu boleh dipercaya boleh nggak. Saya pun kadang berpikir mungkin karena keikhlasan beliau langsung dibalas tunai sama Allah, langsung, jadi anak kedua beliau pun nggak operasi, nggak sesar lagi anak pertama sesar,” imbuh Tommy.
Atas pengalaman berkesan itu, Tommy merawat persahabatannya dengan Suharjimantoro sampai sekarang. Menurut Tommy, Suharjimantoro lebih mendahulukan kepentingan orang lain dibandingkan dirinya.
“Belum ada orang yang demi persahabatan demi dia sanggup mendahulukan orang yang membutuhkan dibanding dia berpikir untuk istrinya,” kata Tommy.
(knv/hri)